Rabu, 13 Januari 2021

Panduan Lengkap Budidaya Apel

Apel  merupakan  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  daerah  Asia  Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.





JENIS TANAMAN


Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:

1) Divisio          :   Spermatophyta

2) Subdivisio    :   Angiospermae

3) Klas           :   Dicotyledonae

4) Ordo             :   Rosales

5) Famili           :   Rosaceae

6) Genus          :   Malus

7) Spesies        :   Malus sylvestris Mill


Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. 


Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.


MANFAAT TANAMAN


Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.


SENTRA PENANAMAN


Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.


Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.


SYARAT TUMBUH


Iklim


1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat  berbunga  akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.

2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.

3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.

4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.


Media Tanam


1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik  tinggi,  dan  struktur tanahnya  remah  dan  gembur,  mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.

2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.

3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.

4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.

5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.


Ketinggian Tempat


Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.


PEDOMAN BUDIDAYA


Pembibitan


Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.


Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif   dilakukan   dengan   okulasi   atau   penempelan   (budding),   sambungan (grafting) dan stek.


1) Persyaratan Benih


Syarat  batang  bawah:  merupakan  apel  liar,  perakaran  luas  dan  kuat,  bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah  berasal  dari  batang  tanaman  apel  yang  sehat  dan  memilki  sifat-sifat unggul.


2) Penyiapan Benih


Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


a) Anakan / siwilan

1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.

2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.

3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.


b) Rundukan (layering)

1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:

-   Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak  panjang direbahkan

melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.


- Perundukan  tempelan  batang  bawah:  dilakukan  pada  waktu  tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.

2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.


c) Stek

Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan   Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang  1 cm dan perakaran cukup cukup kuat.

3) Teknik Pembiitan a) Penempelan

1. Pilih  batang bawah yang memenuhi syarat  yaitu telah  berumur  5  bulan, diameter batang 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.

2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah  terbukti keunggulannya.  Caranya  adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak

3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi  20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.

4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.

5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.

6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas  sedalam 2/3  bagian penampang. Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.


b) Penyambungan

1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).

2. Batang bawah dipotong pada ketinggian  20 cm dari leher akar.

3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang

2-5 cm.

4. Cabang entres dipotong sepanjang  15 cm ( 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.

5. Batang  atas  disisipkan  ke  belahan  batang  bawah,  sehingga  kambium keduanya bisa bertemu.

6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.

7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.


4) Pemeliharaan pembibitan


Pemeliharaan batang bawah meliputi

a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.

b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma. c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)

d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan  gejala  serangan.  


Fungisida  yang  digunakan  adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis. Bersama  dengan  ini  dapat  pula  diberikan  pupuk  daun,  ditambah  perekat Agristic.


5) Pemindahan Bibit


Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.


Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan


Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan  tenaga  kerja,  bahan  paralatan  dan  biaya  yang diperlukan.


2) Pembukaan Lahan


Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal


3) Pembentukan Bedengan


Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.


4) Pengapuran


Pengapuran  bertujuan  untuk  menjaga  keseimbangan  pH  tanah.  Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.


5) Pemupukan


Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.


Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam


Tanaman   apel   dapat   ditanam   secara   monokultur   maupun   intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.


Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi  sangat  rimbun  yang  akan  menyebabkan kelembaban  tinggi,  sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.


Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3  x 2.5-3 m.


2. Pembuatan Lubang Tanam


Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang- kurangnya 20 kg.  Setelah itu tanah dibiarkan selama  2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.


3. Cara Penanaman


Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.


Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:

a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.

b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.

c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.

d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penjarangan dan penyulaman


Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak 


menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.


2)     Penyiangan


Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu  tanaman. Pada  kebun  yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat ( 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena  tajuk  daun  menutupi  permukaan  tanah  sehingga  rumput-rumput  tidak dapat tumbuh.


3) Pembubunan


Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.


4) Perempalan/Pemangkasan


Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).


5) Pemupukan


a) Pada musim hujan/tanah sawah

1. Bersamaan rompes daun ( 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).

2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK  1 kg/pohon (1:2:1)


b) Musim kemarau/tanah tegal

1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).

2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).


Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam 20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.

Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen.

Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).

Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.


6) Pengairan dan Penyiraman


Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus  diatasi dengan cara  menyirami  tanaman  sekurang-kurangnya  2  minggu sekali dengan cara dikocor.


7) Penyemprotan Pestisida


Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.


Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.

8) Pemeliharaan Lain a) Perompesan

Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).


b) Pelengkungan cabang

Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.


c) Penjarangan buah

Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.


d) Pembelongsongan buah

Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan  burung  dan  kelelawar  dan menjaga warna buah mulus.


e) Perbaikan kualitas warna buah

Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.


HAMA DAN PENYAKIT


Hama


1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)


Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel- sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek.  Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai  telur-telurnya;  cara  penyemprotan  dari  atas  ke  bawah.  Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.


2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)


Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm.  Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.  Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.


3) Trips


Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning- kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik- bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.


4) Ulat daun (Spodoptera litura)


Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.  Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).


5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)


Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum.  Gejala: menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda,  tunas  dan  buah  buah  dengan  cara  menhisap  cairan  sel;  daun  yang terserang  menjadi  coklat  dan  perkembanganya  tidak  simetris;  tunas  yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.


6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)


Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi  tubuh  terdapat  rambut  berwarna  ab-abu.  Panjang  larva  50  mm.   Gejala: menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun- daunnya dengan kerusakan  30%;  pada  siang  hari  larva  bersembunyi  di  balik daun.  Pengendalian:  (1)  secara  mekanis  dengan  membuang  telur-telur  yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.


7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)


Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada   buah.   Gejala:   bentuk   buah   menjadi   jelek,   terlihat   benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.


Penyakit


1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)


Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp.  Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.  Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.


2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)


Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.  Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan  dibakar;  (2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.


3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)


Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.


4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)


Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat.  Pengendalian: (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.


5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)


Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.


6) Busuk akar (Armilliaria Melea)


Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk.  


Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.


PANEN


Ciri dan Umur Panen


Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.


Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis  (ripening),  yaitu  tingkat  dimana  buah  mempunyai  kemampuan  untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.


Cara Panen


Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.


Periode Panen


Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.


Prakiraan Produksi


Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.


PASCAPANEN


Pengumpulan


Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju  respirasi berkurang  sehingga  didapatkan  apel  yang tinggi  kualitas  dan  kuantitasnya.  Pengumpulan  dilakukan  dengan  hati-hati  dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.


Penyortiran dan Penggolongan


Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat  menurunkan mutu produk.


Penggolongan   dilakukan   untuk   mengklasifikasikan   produk   berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.


Penyimpanan


Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling  2,2 derajat C.


Pengemasan dan Transportasi


Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Pengikut