Minggu, 10 Januari 2021

Panduan Lengkap Budidaya Singkong Agar Cepat Panen

Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar,  India, Tiongkok.  Ketela  pohon  berkembang  di  negara-negara  yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.





Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut: 

Kingdom    :   Plantae

Divisi         :   Spermatophyta 

Sub Divisi  :   Angiospermae 

Kelas        :   Dicotyledoneae 

Ordo         :   Euphorbiales

Famili       :   Euphorbiaceae

Genus      :   Manihot

Spesies    :   Manihot utilissima Pohl.;  Manihot esculenta Crantz sin.


Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa  ditanam, antara  lain:  Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4


MANFAAT TANAMAN

Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu  bakar  untuk memasak.  Dengan  perkembangan  teknologi,  ketela  pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.


SENTRA PENANAMAN

Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara- negara  sentra  ketela  pohon  adalah  Thailand  dan  Suriname.  Sedangkan  sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.


SYARAT PERTUMBUHAN

Iklim

a) Curah  hujan  yang  sesuai  untuk  tanaman  ketela  pohon  antara  1.500-2.500 mm/tahun.

b) Suhu  udara  minimal  bagi  tumbuhnya  ketela  kohon  sekitar  10  derajat  C.  Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.

c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.

d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.


Media Tanam

a) Tanah  yang  paling  sesuai  untuk  ketela  pohon  adalah  tanah  yang  berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.

b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.

c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.





Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.


PEDOMAN BUDIDAYA

Pembibitan


1) Persyaratan Bibit

Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).

b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya  yang normal dan  sehat  serta seragam.

c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus. d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.


2) Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Bibit berupa stek batang.

b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.

c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara

25–30 batang stek.

d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.


Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan

Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:

a) Pengukuran  pH  tanah  dilakukan  dengan  menggunakan  kertas  lakmus,  pH meter dan cairan pH tester.

b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.

c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan  dengan  asumsi  waktu  tanam  bersamaan  dengan  tanaman lainnya (tumpang  sari),  sehingga  sekaligus  dapat  memproduksi  beberapa variasi tanaman yang sejenis.

d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman  terjadi  panen  raya  maka  volume  produksi  diatur  seminimal mungkin.


2) Pembukaan dan Pembersihan Lahan

Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran   tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau,  sapi,   atau  pun dengan mesin traktor.


Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.


3) Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. 


Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan   tanaman,   seperti   pembersihan   tanaman   liar   maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.


4) Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.


Lihat Juga Video Cara Sambung Singkong Karet Agar Berbuah Besar Berikut ini :





Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah  penanaman  padi.  


Jarak  tanam  yang  umum  digunakan  pada  pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.


2) Cara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. 


Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penyulaman

Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman  adalah  minggu  pertama  dan  minggu  kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.


2) Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.


3) Pembubunan

Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat  seperti guludan. Waktu  pembubunan  dapat  bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.


4) Perempelan/Pemangkasa

Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.


5) Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.


6) Pengairan dan Penyiraman

Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. 

Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.


7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. 


Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi  penggunaannya  harus  hati-hati  karena  serangga  yang menguntungkan dapat ikut mati.


HAMA DAN PENYAKIT

Hama

a) Uret (Xylenthropus)

Ciri: berada dalam akar dari tanaman.  Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.  Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.


b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)

Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering.  Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.


Penyakit


a) Bercak daun bakteri

Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .  Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun


b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)

Ciri: hidup di daun, akar dan batang.  Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.


c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)

Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun.  Gejala: daun bercak-bercak coklat,   mengering,   lubang-lubang   bulat   kecil   dan   jaringan   daun  mati.  Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.


d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)

Penyebab: cendawan yang hidup pada daun.  Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.  Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .


Gulma

Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.


Khusus gulma dari  golongan  teki  (Cyperus  sp.)  dapat  di  berantas  dengan  cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman  tercabut.  Secara  kimiawi  dengan  penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.


Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan  (Cynodon  dactilon),  rumput  pahit  (Paspalum  distichum),  dan  rumput sunduk  gangsir  (digitaria  ciliaris).  Pembasmian  gulma  dari  golongan  rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.


PANEN

Ciri dan Umur Panen

Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon  telah  mencapai  6–8  bulan  untuk  varietas  Genjah  dan  9–12  bulan  untuk varietas Dalam.


Cara Panen

Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.


PASCAPANEN

Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.


Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat  pencabutan berlangsung.  Akan  tetapi penyortiran  umbi  ketela  pohon  dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.


Penyimpanan

Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.

b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.

c) Masukkan  umbi  ketela  pohon  secara  tersusun  dan  teratur  secara  berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.

d) Terakhir  timbun  lubang  berisi  umbi  ketela  pohon  tersebut  sampai  lubang permukaan  tertutup  berbentuk  cembung,  dan  sistem  penyimpanan  seperti  ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.


Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.


Setelah dikemas umbi ketela pohon  dalam bentuk segar maupun dalam  bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Pengikut