Rabu, 13 Januari 2021

Panduan Lengkap Budidaya Apel

Apel  merupakan  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  daerah  Asia  Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.





JENIS TANAMAN


Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:

1) Divisio          :   Spermatophyta

2) Subdivisio    :   Angiospermae

3) Klas           :   Dicotyledonae

4) Ordo             :   Rosales

5) Famili           :   Rosaceae

6) Genus          :   Malus

7) Spesies        :   Malus sylvestris Mill


Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. 


Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.


MANFAAT TANAMAN


Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.


SENTRA PENANAMAN


Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.


Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.


SYARAT TUMBUH


Iklim


1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat  berbunga  akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.

2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.

3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.

4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.


Media Tanam


1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik  tinggi,  dan  struktur tanahnya  remah  dan  gembur,  mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.

2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.

3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.

4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.

5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.


Ketinggian Tempat


Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.


PEDOMAN BUDIDAYA


Pembibitan


Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.


Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif   dilakukan   dengan   okulasi   atau   penempelan   (budding),   sambungan (grafting) dan stek.


1) Persyaratan Benih


Syarat  batang  bawah:  merupakan  apel  liar,  perakaran  luas  dan  kuat,  bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah  berasal  dari  batang  tanaman  apel  yang  sehat  dan  memilki  sifat-sifat unggul.


2) Penyiapan Benih


Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


a) Anakan / siwilan

1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.

2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.

3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.


b) Rundukan (layering)

1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:

-   Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak  panjang direbahkan

melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.


- Perundukan  tempelan  batang  bawah:  dilakukan  pada  waktu  tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.

2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.


c) Stek

Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan   Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang  1 cm dan perakaran cukup cukup kuat.

3) Teknik Pembiitan a) Penempelan

1. Pilih  batang bawah yang memenuhi syarat  yaitu telah  berumur  5  bulan, diameter batang 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.

2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah  terbukti keunggulannya.  Caranya  adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak

3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi  20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.

4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.

5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.

6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas  sedalam 2/3  bagian penampang. Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.


b) Penyambungan

1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).

2. Batang bawah dipotong pada ketinggian  20 cm dari leher akar.

3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang

2-5 cm.

4. Cabang entres dipotong sepanjang  15 cm ( 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.

5. Batang  atas  disisipkan  ke  belahan  batang  bawah,  sehingga  kambium keduanya bisa bertemu.

6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.

7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.


4) Pemeliharaan pembibitan


Pemeliharaan batang bawah meliputi

a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.

b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma. c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)

d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan  gejala  serangan.  


Fungisida  yang  digunakan  adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis. Bersama  dengan  ini  dapat  pula  diberikan  pupuk  daun,  ditambah  perekat Agristic.


5) Pemindahan Bibit


Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.


Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan


Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan  tenaga  kerja,  bahan  paralatan  dan  biaya  yang diperlukan.


2) Pembukaan Lahan


Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal


3) Pembentukan Bedengan


Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.


4) Pengapuran


Pengapuran  bertujuan  untuk  menjaga  keseimbangan  pH  tanah.  Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.


5) Pemupukan


Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.


Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam


Tanaman   apel   dapat   ditanam   secara   monokultur   maupun   intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.


Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi  sangat  rimbun  yang  akan  menyebabkan kelembaban  tinggi,  sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.


Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3  x 2.5-3 m.


2. Pembuatan Lubang Tanam


Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang- kurangnya 20 kg.  Setelah itu tanah dibiarkan selama  2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.


3. Cara Penanaman


Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.


Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:

a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.

b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.

c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.

d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penjarangan dan penyulaman


Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak 


menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.


2)     Penyiangan


Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu  tanaman. Pada  kebun  yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat ( 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena  tajuk  daun  menutupi  permukaan  tanah  sehingga  rumput-rumput  tidak dapat tumbuh.


3) Pembubunan


Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.


4) Perempalan/Pemangkasan


Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).


5) Pemupukan


a) Pada musim hujan/tanah sawah

1. Bersamaan rompes daun ( 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).

2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK  1 kg/pohon (1:2:1)


b) Musim kemarau/tanah tegal

1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).

2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).


Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam 20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.

Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen.

Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).

Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.


6) Pengairan dan Penyiraman


Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus  diatasi dengan cara  menyirami  tanaman  sekurang-kurangnya  2  minggu sekali dengan cara dikocor.


7) Penyemprotan Pestisida


Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.


Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.

8) Pemeliharaan Lain a) Perompesan

Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).


b) Pelengkungan cabang

Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.


c) Penjarangan buah

Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.


d) Pembelongsongan buah

Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan  burung  dan  kelelawar  dan menjaga warna buah mulus.


e) Perbaikan kualitas warna buah

Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.


HAMA DAN PENYAKIT


Hama


1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)


Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel- sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek.  Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai  telur-telurnya;  cara  penyemprotan  dari  atas  ke  bawah.  Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.


2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)


Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm.  Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.  Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.


3) Trips


Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning- kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik- bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.


4) Ulat daun (Spodoptera litura)


Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.  Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).


5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)


Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum.  Gejala: menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda,  tunas  dan  buah  buah  dengan  cara  menhisap  cairan  sel;  daun  yang terserang  menjadi  coklat  dan  perkembanganya  tidak  simetris;  tunas  yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.


6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)


Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi  tubuh  terdapat  rambut  berwarna  ab-abu.  Panjang  larva  50  mm.   Gejala: menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun- daunnya dengan kerusakan  30%;  pada  siang  hari  larva  bersembunyi  di  balik daun.  Pengendalian:  (1)  secara  mekanis  dengan  membuang  telur-telur  yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.


7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)


Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada   buah.   Gejala:   bentuk   buah   menjadi   jelek,   terlihat   benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.


Penyakit


1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)


Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp.  Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.  Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.


2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)


Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.  Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan  dibakar;  (2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.


3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)


Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.


4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)


Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat.  Pengendalian: (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.


5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)


Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.


6) Busuk akar (Armilliaria Melea)


Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk.  


Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.


PANEN


Ciri dan Umur Panen


Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.


Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis  (ripening),  yaitu  tingkat  dimana  buah  mempunyai  kemampuan  untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.


Cara Panen


Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.


Periode Panen


Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.


Prakiraan Produksi


Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.


PASCAPANEN


Pengumpulan


Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju  respirasi berkurang  sehingga  didapatkan  apel  yang tinggi  kualitas  dan  kuantitasnya.  Pengumpulan  dilakukan  dengan  hati-hati  dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.


Penyortiran dan Penggolongan


Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat  menurunkan mutu produk.


Penggolongan   dilakukan   untuk   mengklasifikasikan   produk   berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.


Penyimpanan


Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling  2,2 derajat C.


Pengemasan dan Transportasi


Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Share:

Panduan Lengkap Budidaya Anggur

Anggur merupakan tanaman buah berupa perrdu yang merambat. Anggur berasal dari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak 4000 SM. Sedangkan teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggur dari asalnya ini mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asia termasuk Indonesia dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan Anggur punya beberapa sebutan seperti Grape di Eropa dan Amerika, orang China menyebut Pu tao dan di Indonesia disebut anggur.





Anggur termasuk tanaman marga  Vitis. Tidak semua jenis dari marga  ini  dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca.


Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri:

a) Kulit tipis, rasa manis dan segar.

b) Kemampuan  tumbuh  dari dataran  rendah  hingga  300  m  dari  permukaan  laut beriklim kering.

c) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion.


Tanaman anggur jenis Vitis labrusca mempunya ciri:

a) Kulit tebal, rasa masam dan kurang segar.

b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl.

c) Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon dan Isabella.


Dari kedua jenis ini yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasi oleh Departemen Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera dari varietas Anggur Probolinggo Biru dan Alphonso Lavalle. Namun ada juga yang dianjurkan ditanam antara lain Gross Collman, Probolinggo Putih, Isabella, Delaware, Chifung dan Australia.


MANFAAT TANAMAN

Anggur dimanfaatkan sebagai buah segar maupun untuk diolah sebagai jadi produk lain seperti minuman fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkohol biasa disebut Wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli.


Lihat juga Video Mengenal Cabe Jamu Yang Buahnya Dihargai 100 Ribu Per Kilogram berikut ini :





SENTRA PENANAMAN

Di  Indonesia  sentra  anggur  terdapat  di  Jawa  Timur  (Probolinggo,  Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT).


SYARAT TUMBUH

Iklim

1) Tanaman anggur dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi-tepi pantai, dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan.

2) Angin yang terlalu kencang kurang baik bagi anggur.

3) Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus menerus dapat  merusak  premordia/  bakal perbungaan  yaitu  tengah  berlangsung  serta dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit.

4) Sebaiknya   sinar   matahari   yang   banyak/udara   kering   sangat   baik   bagi pertumbuhan vegetatif dan pembuahannya.

5) Suhu rata-rata maksimal siang hari 31 derajat C dan suhu rata-rata minimal malam hari 23 derajat C dengan kelembaban udara 75-80 %.


Media Tanam

1) Tanah  yang  baik  untuk  tanaman  anggur  adalah  mengandung  pasir,  lempung berpasir, subur dan gembur, banyak mengandung humus dan hara yang dibutuhkan.

2) Derajat keasaman tanah yang cocok untuk budidaya anggur adalah 7 (netral).Ketinggian Tempat

Anggur akan tumbuh baik bila ditanam antara 5-1000 m dpl atau di daerah dataran rendah. Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Jenis Vitis vinifera menghendaki ketinggian  1-300 m  dpl. Jenis Vitis labrusca menghendaki ketinggian 1-800 m dpl.


PEDOMAN BUDIDAYA

Pembibitan

1) Pengadaan Benih

Pengadaan  benih  dapat  dilakukan  dengan  cara  generatif  (biji)  dan  vegetatif (cangkok, stek cabang, stek mata, penyambungan).


Perbanyakan tanaman yang paling efektif anggur adalah dengan menggunakan stek. Bibit stek yang baik adalah :

a) Panjang stek sekitar 25 cm  terdiri atas 2-3 ruas dan diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas satu tahun.

b) Bentuknya bulat berukuran sekitar 1 cm.

c) Kulitnya berwarna coklat muda dan cerah dengan bagian bawah kulit telah hijau, berair dan bebas dari noda-noda hitam.

d) Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan ujungnya tampak memutih seperti kapuk.


2) Teknik Penyemaian Benih


Cara generatif bibit disemai di tempat yang telah disediakan. Cara vegetatif (stek)

yaitu :

a) Pembibitan dikerjakan dengan menyemaikan lebih dulu dalam pot /keranjang sempai kira-kira selama 5 hari

b) Setelah itu dipindah ke media semai berupa campuran tanah, pupuk kandang dan pasir    dengan    perbandingan    1:1:1.   


Media    semai    ini    berupa polybag/keranjang yang lebih besar dari tempat awal.


3) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

a) Selama di persemaian selalu disiram dan jangan sampai tergenang.

b) Penyemaian bibit di tempat teduh dan lembab selama sekitar 2 bulan.


4) Pemindahan Bibit

a) Sekitar 2 bulan tersebut bibit sudah tumbuh dan berakar banyak siap untuk dipindah ke lapangan dengan memilih yang segar dan sehat kondisinya.

b) Penanaman dilakukan di awal musim kemarau/saat panas tertinggi.


Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan adalah:

a) Menentukan lokasi penanaman. 

b) Menentukan luas areal tanam.

c) Mengatur jarak tanam.

d) Membuat lubang tanam.

e) Menentukan dosis pupuk kandang yang diperlukan.


2) Pembukaan Lahan

Lahan yang digunakan dibersihkan dan tidak terlindung dari sinar matahari. Pencangkulan untuk pembuatan lubang tanam dilakukan setelah ada pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibiarkan terkena sinar matahari selama 2-4 minggu.


3) Pengapuran

Pengapuran hanya dilakukan bila pH tanah rendah/terlalu asam.


4) Pemupukan

Setelah 2-4 minggu lubang tanam diisi pupuk kandang, pasir dan tanah dengan perbandingan 2:1:1.


Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanam penting diperhatikan dan juga sesuai dengan larikan karena arah datangnya angin sangat besar pengaruhnya. Jarak tanam bisa diatur dengan pola: 3 x 3 m, 4 x 4 m, 3 x 5 m, 3 x 4 m, 4 x 5 m, 4 x 5 m, 3 x 5 m dan  4 x 6 m


Jarak tanam mempengaruhi jumlah tanaman persatuan luas :

a) 3 x 3 m untuk 1 Ha = 1.111 pohon b) 3 x 4 m untuk 1 Ha =    833 pohon c) 3 x 5 m untuk 1 Ha =    666 pohon d) 4 x 4 m 

untuk 1 Ha =    625 pohon e) 4 x 5 m untuk 1 Ha =    500 pohon f)  4 x 6 m untuk 1 Ha =    416 pohon


2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam yang diperlukan berukuran 60 x 60 x 60 cm yang disesuaikan dengan jarak tanam, isi lubang berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2.


3) Cara Penanaman

Penanaman bibit anggur terbaik pada saat musim kemarau, sekitar Juni dan Juli. Setiap   tanaman   perlu   lahan   20   m²   termasuk   para-paranya   yang   harus dipersiapkan sebelum tanamannya tumbuh. Para-para ini berguna untuk merayapkan batang dan cabangnya secara mendatar pada ketinggian 2 m. Setiap tanaman juga diberi ajir bambu untuk titian setelah bibit ditanam, agar pertumbuhannya dapat menjalar ke atas menuju para-para.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penyulaman dan Penjarangan


Penyulaman hanya dilakukan bila terdapat tanaman yang tidak sehat/mati. Pengontrolan dilakukan rutin bersamaan saat penyiraman karena anggur perlu perhatian kontinyu.


Penjarangan buah sangat penting karena buah yang terlalu rapat justru merusak perkembangan buah dan menurunkan kualitas buah. Dalam penjarangan buah- buah yang perlu dibuang adalah: (1) yang bertangkai panjang; (2) tidak sempurna bentuknya; (3) buah yang ada di sebelah dalam; (4) buah yang terbentuk tanpa adanya persarian.


Penjarangan dilakukan dalam dua tahap, tahap satu saat umur satu bulan setelah pembungaan dan buah masih pentil, tahap dua dilakukan dua minggu setelah tahap satu dan buah sebesar biji jagung. Untuk menjaga kualitas buah, juga perlu dilakukan pembrongsongan (pembungkusan) buah. Pembungkusan dilakukan bila dalam satu dompol buah sudah ada dua atau tiga buah yang masak. Bahan yang umum dipakai bungkus adal kertas semen dan kertas koran.


2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila terdapat tanaman pengganggu sekitar tanaman anggur.


3) Perempalan

a) Perempalan bentuk pada anggur dilakukan mulai tanam sampai umur 1 tahun, bertujuan untuk mendapat pertumbuhan yang baik, dengan cara membuang tunas yang tidak perlu dan membiarkan satu tunas yang baik sebagai batang pokok.

b) Perempalan  untuk  pembuahan  dilakukan  setelah  anggur  berumur  1  tahun.

Sebelum perempalan diperiksa dahulu dengan memotong ujung  salah  satu cabang, bila meneteskan air perempalan dilaksanakan, tetapi bila tidak harus ditunda. Perempalan dilakukan dengan memotong ranting-ranting, dengan meninggalkan 2-4 mata tunas dan semua daun dibuang sehingga tanaman jadi gundul. Dalam 1 tahun dilakukan 3 kali perempalan:

1. Tahap I    :   Maret-April, 90-110 hari

2. Tahap II   :   Juli-Agustus, 90-110 hari

3. Tahap III  :   Nov-Des, tahap ini sering gagal

Perempalan antara bulan November-Desember, tidak memperoleh hasil. Tujuannya hanya untuk memelihara tingkat kesuburan tanaman sampai musim hujan berakhir dan tanaman tidak rusak.


4) Pemupukan

Ada dua masa pemupukan:

a) Pemupukan tanaman muda (0-1 tahun)

1. Umur 0-3 bulan, 10 gram urea, interval 10 hari

2. Umur 3-6 bulan, 15 gram urea, interval 15 hari

3. Umur 6-12 bulan, 50 gram urea

Cara  pemberian  dengan  membuat  larikan  melingkar  sekeliling  tanaman diameter 10-20 cm sedalam 5 cm.


b) Pemupukan tanaman dewasa (1-seterusnya)

1. Umur 21 hari sebelum perempalan, 5 kaleng pupuk kandang

2. Umur 11 hari sebelum perempalan, 80 gram TSP/100 gram ZK

3. Umur 7 hari sebelum perempalan, 100 gram urea

Pupuk kandang diberikan sekali setahun, tahun kedua dosis dinaikkan jadi 10 kaleng. Pupuk buatan dinaikkan dosisnya urea 600 gram, TSP 300 gram, ZK 450 gram. Cara pemberian dengan pembuatan larikan sekitar tanaman dengan diameter 1,5 m.


5) Pengairan dan Penyiraman


Yang perlu diperhatikan adalah:

a) Anggur tidak tahan pada air yang tergenang.

b) Anggur   butuh   pengairan   yang   harus   dilakukan   mulai   tanam   sampai pemangkasan.

c) Menjelang  pemangkasan,   3-4  minggu   sebelumnya   pemberian  air   harus dihentikan.

d) Setelah masa pemangkasan, 2-3 hari sebelumnya diberi air kembali sampai ujung ranting mengeluarkan air.

e) Pemberian  dilakukan  sampai  buahnya  hampir  masak,  setelah  mulai  tua pemberian air dihentikan supaya buah tidak pecah dan busuk.


6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan insektisida dilakukan sebagai pencegahan terhadap hama yang mengganggu pada anggur. Penyemprotan harus dihentikan 15 hari sebelum panen. Khusus untuk hama Phyiloxera  Vitifolia  digunakan  insektisida Furadan 3G/Temik 1 OG.


7) Pengaturan Bunga

Setelah dua minggu pemangkasan pembuahan, cabang tersier yang baru tumbuh mengeluarkan sulur-sulur pembentukan bunga yang keluar dari mata ke 3, 4 dan 5. Bila ada cabang tersier yang tidak mengeluarkan sulur   dapat diadakan pemotongan dengan meninggalkan 3 mata bertujuan untuk merangsang pertumbuhan sulur. Cabang tersier yang baru muncul disisakan satu sulur saja, agar menghasilkan dompol bunga yang besar dan buahnya bisa bermutu tinggi.


HAMA DAN PENYAKIT


Hama


1) Phylloxera Vitifolia

Menyerang tanaman anggur baik muda maupun tua berakibat anggur jadi kering dan mati. Yang diserang adalah daun dan akar tanaman secara langsung. Gejala umum pada daun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil. Hama ini menetap di bawah kulit batang yang terkelupas dan dalam jaringan akar.


2) Kumbang Apogonia destructor

Bentuk kumbang kecil dan warna hitam mengkilat. Menyerang daun anggur pada malam hari dan kumbang ini mudah tertarik oleh sinar lampu.


3) Wereng daun

Serangan  wereng  ini  menyebabkan  daun  anggur  berbintik  putih,  kemudian menjadi kuning coklat dan gugur.


4) Kutu putih

Dapat menyebabkan pucuk/tunas menjadi kerdil.


5) Ulat daun

Menyerang daun untuk dijadikan makanannya.


6) Rayap

Serangan yang paling parah bila menggerogoti akar tanaman yang masih muda sehingga membuat jadi layu dan akhirnya mati.


7) Burung, kalong, bajing dan musang

Menyerang buah yang mulai masak untuk dijadikan makanannya.


Cara   untuk   memberantas   hama   anggur   dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pada bagian yang terkena serangan. Penyemprotan dilakukan secara rutin  dan  dihentikan  menjelang  masa  petik.  Khusus  hama  Phyloxera  vitifolia dilakukan dengan menyiramkan insektisida di sekeliling tanaman. Penyiraman bisa dilakukan sebelum tanam, setelah tanam/setelah panen. Sedangkan untuk menanggulangi hama dari hewan besar dapat memakai jebakan.


Penyakit


1) Downy Mildew (jamur)

Gejalanya daun nampak kuning bagian bawah terlihat ada tepung warna putih- kuning. Daun, bunga maupun tandan muda bisa mati bila terkena penyakit ini terutama saat musim penghujan atau kelembaban yang tinggi.


2) Powdery Mildew

Pada  permukaan  daun  terdapat  bedak  tipis  putih  kelabu.  Menyerang  pucuk, bunga dan buah muda bahkan dapat merusak ranting sehingga jadi kerdil dan rusak.


3) Penyakit busuk hitam

Menyebabkan buah jadi keriput, busuk dan gugur.


4) Phakospora Vitis

Daun sebelah bawah tertutup tepung berwarna orange (massa sporanya).


5) Peronospora

Bila udara terlalu lembab jamur ini menyerang daun anggur dan dapat dikenali karena spora berwarna kuning di bawah daun.


Untuk memberantas penyakit anggur dilakukan dengan menyemprotkan fungisida dengan waktu a sebelum masa berbunga, setelah berbunga dan 8-12 hari sesudah penyemprotan  kedua  setelah  berbunga.  Sedang  untuk  penyakit  busuk  hitam penyemprotan dilakukan sebelum masa berbunga, saat berbunga dan 2 minggu sebelum masa petik.


PANEN


Ciri dan Umur Panen

Umur panen anggur tergantung jenis yang ditanam, iklim dan tinggi tempat. Untuk daerah rendah umur buah 90-100 hari setelah pangkas, daerah dataran tinggi umur buah antara 105–110 hari. Tingkat kemasakan buah yang baik untuk dipanen adalah warna dalam  satu  tandan  telah  rata,  butir  buah  mudah  lepas  dari  tandan  dan keadaan buah kenyal serta lunak.


Cara Panen

Cara panen dilakukan dalam cuaca yang cerah dan di pagi hari dengan pemetikan yang hati-hati (jangan sampai bedak hilang). 


Hasil pemetikan dimasukkan keranjang/dos karton diusahakan penempatannya tidak menumpuk, agar buah yang terletak di bawah tidak rusak dan pecah.


Periode Panen

Tanaman anggur dalam satu tahun mengalami dua kali panen.


Prakiraan Produksi

Dari areal tanaman anggur 1 ha dengan rasio jarak tanam 4 x 5, jumlah tanaman 500 batang dengan hasil panen per tahun rata-rata 7.500 kg anggur.


PASCAPANEN


Pengumpulan

Pengumpulan   anggur  tidak   boleh  ditumpuk   karena   dapat   merusak   buah   di bawahnya. Hal yang penting bedak yang terdapat pada anggur dijaga agar tidak hilang.


Penyortiran dan Penggolongan

Penyortiran dilakukan dengan menyingkirkan buah yang rusak dan buah yang masih terlalu muda dalam satu dompolan. Kemudian anggur digolongkan menurut ukuran dompolan dan keseragaman besar buah.


Penyimpanan

Cara terbaik dalam penyimpanan adalah dengan memasukkan dalam ruang pendingin untuk mengurangi penguapan, tetapi cara yang mudah, ringkas dan kapasitas penyimpanan besar adalah dengan menggantung anggur untuk diangin- anginkan dalam ruang yang sejuk.


Pengemasan dan Pengangkutan

Cara menggunakan keranjang bambu dilapisi kertas koran.  cara  ini kurang baik karena banyak buah yang rusak. Cara terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisi dengan serbuk gergaji sehingga kerusakan buah dapat ditekan saat pengangkutan.

Share:

Senin, 11 Januari 2021

Panduan Lengkap Budidaya Jeruk Agar Cepat Berbuah

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.





Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut: 

Divisi         : Spermatophyta

Sub divisi   : Angiospermae 

Kelas         : Dicotyledonae 

Ordo          : Rutales 

Keluarga    : Rutaceae 

Genus        : Citrus

Spesies      : Citrus sp.


Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).


Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.


MANFAAT TANAMAN

1) Manfaat  tanaman  jeruk  sebagai  makanan  buah  segar  atau  makanan  olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.

2) Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.

3) Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.


SENTRA PENANAMAN

Sentra  jeruk  di  Indonesia  tersebar  meliputi:  Garut  (Jawa  Barat),  Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak  (Kalimantan  Barat)  dan  Medan  (Sumatera  Utara).  Karena  adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.


SYARAT TUMBUH

Iklim

1) Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.

2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

3) Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.

4) Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.

5) Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.


Lihat Juga Video Rahasia Tanaman Jeruk Usia Diatas 6 Tahun Tetap Berbuah Lebat berikut ini :





Media Tanam

1) Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.

2) Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.

3) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.

4) Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

5) Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.


Ketinggian Tempat

Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan   bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies:

1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.

2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.

3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.

4) Jenis Siem: 1–700 m dpl.

5) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.

6) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.

7) Jenis Purut: 1–400 m dpl.


PEDOMAN BUDIDAYA

Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.


2) Penyiapan Bibit

Bibit  yang  biasa  digunakan  untuk  budidaya  jeruk  didapatkan  dengan  cara generatif dan vegetatif.


3) Teknik Penyemaian Bibit a) Cara generatif

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.


Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2.


Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag  adalah  campuran  pupuk  kandang  dan  sekam  (2:1)  atau  pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).


b) Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.


Pengolahan Media Tanam

Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:

1) Keprok dan Siem  : jarak tanam 5 x 5 m

2) Manis                  : jarak tanam 7 x 7 m

3) Sitrun (Citroen)   : jarak tanam 6 x 7 m

4) Nipis                   : jarak tanam 4 x 4 m

5) Grape fruit          : jarak tanam 8 x 8 m

6) Besar                 : jarak tanam (10-12) x (10-12) m


Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). 


Tanah  berasal dari lapisan  atas  dicampur dengan  20  kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.


Teknik Penanaman

Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:

1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.

2) Pengurangan akar.

3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.


Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.


Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penyulaman

Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.


2) Penyiangan

Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.


3) Pembubunan

Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.


4) Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan.


Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak  akan  membentuk  tajuk  pohon.  Pada  pertumbuhan  selanjutnya,  setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya.


Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.


5) Pemupukan


Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:

a) 1 bulan:  Urea=100;  ZA=200;  TSP=25;  ZK=100;  Dolomit=20;  P.kandang=20 kg/tan.

b) 2 bulan:  Urea=200;  ZA=400;  TSP=50;  ZK=200;  Dolomit=40;  P.kandang=40 kg/tan.

c) 3 bulan:  Urea=300;  ZA=600;  TSP=75;  ZK=300;  Dolomit=60;  P.kandang=60 kg/tan.

d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.

e) 5 bulan:     Urea=500;     ZA=1000;     TSP=125;     ZK=500;     Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.

f)  6 bulan:     Urea=600;     ZA=1200;     TSP=150;     ZK=600;     Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.

g) 7 bulan:     Urea=700;     ZA=1400;     TSP=175;     ZK=700;     Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;

h) 8 bulan:     Urea=800;     ZA=1600;     TSP=200;     ZK=800;     Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.

i)  Lebih dari 8   bulan:   Urea   1000;   ZA=2000;   TSP=200;   ZK=800;    Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.


6) Pengairan dan Penyiraman

Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.


7) Penjarangan Buah

Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.


HAMA DAN PENYAKIT

Hama

1) Kutu loncat (Diaphorina citri.)

Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.  Gejala: tunas  keriting,  tanaman  mati.   Pengendalian:  menggunakan  insektisida  bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.


2) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)

Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.  Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.  Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).


3) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)

Bagian yang diserang adalah daun muda.  Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan,  tunas/daun  muda  mengkerut,  menggulung,  rontok.  Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.


4) Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)

Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.  Gejala: bercak keperak- perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).


5) Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)

Bagian yang diserang adalah buah.  Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.


6) Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)

Bagian yang diserang Helopeltis antonii.  Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat  berwarna  lebih  terang  pada  tunas  dan  buah  muda,  bercak  disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).


7) Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)

Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.  Gejala: bekas lubang-lubang bergaris  tengah  0,3-0,5  cm,  bunga  mudah  rontok,  buah muda gugur sebelum tua.  Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl  (Lannate  25  WP)  dan  Methidathion  (Supracide  40  EC).  Kemudian buang bagian yang diserang.


8) Thrips (Scirtotfrips citri.)

Bagian  yang  diserang  adalah  tangkai  dan  daun  muda.   Gejala:  helai  daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering  dan  gugur,  bekas  luka  berwarna  coklat  keabu-abuan  kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.


9) Kutu dompolon (Planococcus citri.)

Bagian yang diserang  adalah  tangkai  buah.   Gejala:  berkas  berwarna  kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.


10)   Lalat buah (Dacus sp.)

Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.  Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.  Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor   40   EC)   dicampur   dengan   Feromon   Methyl-Eugenol   atau   protein Hydrolisate.


11)   Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)

Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.  Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang  kering  dan  kulit  retak  buah  gugur.   Pengendalian:  gunakan  pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).


12)   Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)

Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.  Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).


Penyakit

1) CVPD

Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.  Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.  Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.


2) Tristeza

Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.  Gejala: lekuk batang, daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian:   perhatikan   sanitasi   kebun,   memusnahkan   tanaman   yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.


3) Woody gall (Vein Enation)

Penyebab:  virus Citrus Vein  Enation  dengan  vektor Toxoptera  citridus,  Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan   daun.   Pengendalian:   gunaan   mata   tempel   bebas   virus   dan perhatikan sanitasi lingkungan.


4) Blendok

Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian:  pemotongan  cabang  terinfeksi,  bekas  potongan  diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.


5) Embun tepung

Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).


6) Kudis

Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai  atau  buah.  Gejala:  bercak  kecil  jernih  yang  berubah  menjadi  gabus berwarna kuning atau oranye.  Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).


7) Busuk buah

Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.  Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.


8) Busuk akar dan pangkal batang

Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.  Gejala: tunas tidak  segar, tanaman kering.   Pengendalian:  pengolahan  dan  pengairan  yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.


9) Buah gugur prematur

Penyebab:  jamur Fusarium sp.  Colletotrichum sp.  Alternaria  sp.  Bagian  yang diserang:  buah  dan  bunga   Gejala:  dua-empat  minggu  sebelum  panen  buah gugur.  Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.


10)   Jamur upas

Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.  Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.



11)   Kanker

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah  daun,  tangkai,  buah.   Gejala:  bercak  kecil  berwarna  hijau-gelap  atau kuning  di  sepanjang  tepi,  luka  membesar  dan  tampak  seperti  gabus  pecah dengan diameter 3-5 mm.  Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper  oxychlorida.  Selain  itu  untuk  mencegah  serangan  ulat  peliang  daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000  ppm  Streptomycin selama 1 jam.


PANEN

Ciri dan Umur Panen

Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.


Cara Panen

Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.


Perkiraan Produksi

Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.


PASCAPANEN

Pengumpulan

Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.


Penyortiran dan Penggolongan

Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.


Penyimpanan

Untuk  menyimpan  buah  jeruk,  gunakan  tempat  yang  sehat  dan  bersih  dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.


Pengemasan

Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu  tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada  ruang udara  bebas  tetapi  buah  tidak  dapat  bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.

Share:

Pengikut