Sabtu, 08 Agustus 2015

Prospek Budidaya Cabai Jamu

Cabai jawa, cabai jamu, lada panjang, atau cabai saja (Piper retrofractum Vahl. syn. P. longum) adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Dikenal pula sebagai cabai solak (Madura) dan cabia (Sulawesi). Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut).

Tumbuhan ini produknya telah dikenal oleh orang Romawi sejak lama dan sering dikacaukan dengan lada. Di Indonesia sendiri buah keringnya digunakan sebagai rempah pemedas. Sebelum kedatangan cabai (Capsicumspp.), tumbuhan inilah yang disebut "cabai". Cabai sendiri oleh orang Jawa dinamakan "lombok".

Cabai jamu dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 1.259-2.500 mm/tahun. Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah gembur dan berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabai jamu. Tanaman itu memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami
Bentuk tanamannya seperti sirih, merambat, memanjat, membelit, dan melata. Daunnya berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membulat, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir, bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah yang belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning, merah, serta lunak. Rasanya pedas dan tajam aromatis.

Buah cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa pedasnya berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen. Salah satu jamu populer yang mengandung cabai jamu adalah cabai puyang, yang dibuat dengan bahan utama cabai jamu dan lempuyang.

Cabai jawa berkhasiat juga sebagai insektisida nabati. Formulasi insektisida nabati campuran ekstrak cabai jawa atau P. retrofractum dan Annona squamosa efektif dalam upaya menekan persentase kehilangan hasil tomat dan juga seranganHelicoverpa armigera. Fraksi heksana cair, fraksi III VLC-EtOAc, dan ekstrak metanol langsung cabai jawa aktif sebagai racun perut terhadap larva Crocidolomia pavonana. Ekstrak Aglaia odorata dan P. retrofractum pada konsentrasi 0,5% dan 1% dapat mematikan rayap tanah hingga lebih dari 80% dan menunjukkan kamampuan penetrasi lapisan tanah oleh rayap sebesar 0%. Cabai jawa memiliki keaktifan juga dalam perlakuan benih. Perlakuan serbuk cabai jawa dan penjemuran terbukti efektif dalam menghambat perkembangan Callosobruchus maculatus serta tidak menurunkan daya kecambah benih kacang hijau. Perlakuan serbuk cabe jawa dan merica serta penjemuran selama satu minggu, yaitu dapat menghambat perkembangan hingga lebih dari 90%.

Selain bersifat insektisida, cabai jawa juga memiliki sifat fungisida. Piper retrofractum secara in vitro dan in vivo dapat menekan perkembangan cendawan terbawa benih padi dan kedelai. 
Cabe jamu disebut karena rasanya yang agak pedas seperti cabe dan dipercaya berfungsi sebagai jamu untuk kesehatan dan kebugaran bagi yang mengkonsumsinya padahal  tumbuhan ini tumbuh tidak seperti cabe tapi mirip tanaman merica, piper retrofractum vahl ini ialah kerabat lada dan digolongkan kedalam suku sirih atau sirih-sirihan (piperaceae). Cabe jamu tumbuh baik disemua iklim dan dataran, semakin tua umurnya semakin tinggi produktifitasnya. Berbeda dengan cabe rawit hanya bertahan 1 tahun sesudah itu akan layu dan mati. Pada umur 3 bulan atau lebih sudah bisa dilakukan panen perdana.

Syarat hidup : Ph tanah 5,5-7,5; Tekstur tanah gembur; Ketinggian 1-600 dpl; Curah hujan 1200-2500 mm pertahun; Kelembaban udara 40-80%.
Budidaya dan langkah-langkahnya.

Menanam dan pembiakan cabe jamu tidak serumit cabe keriting. Hanya perlu ketelatenan perawatan seperti menghilangkan rumput pengganggu (gulma).  Benih awal ditanam di polybag pada waktu umur 2 bulan sudah bisa dipindah kelahan terbuka.  Agar tumbuh maksimum ketepatan takaran pemberian pupuk yang diperlukan. Pemberian pupuk tahi atau kotoran sapi, kotoran hewan (kohe) harus di fermentasi selama 7-10 hari.  Stek, bagian tubuh pohon dijadikan benih (stek)  dari sulur berbentuk vertika.  Jarak tanam 90-150 cm. Pemupukan; Organik, pupuk kohe yang difermentasi, 5 kg perpohon sebanyak 2X, awal musim hujan dan akhir musim hujan.  An-organik, tsp, urea, npk, Sp-36, diberikan setelah tanaman berumur 3 bulan sesudah itu serentak bersamaan dengan pupuk organik. Masing-masing jenis bisa diberikan 50 gram per ohon hingga umur 1 tahun dan meningkat atau ditambah sebanyak 25 gram setiap tahunnya.  Pupuk tambahan diberikan dengan mengkonsultasikan dengan ahlinya.

Manfaat : Membersihkan rahim wanita sehabis melahirkan. Gangguan Afrodisiak kaum pria.  Bronchitis, ayan, menguatkan jantung dan paru-paru.  Penghangat tubuh. 

Pemasaran; Kebutuhan pasar seperti halnya tetumbuhan yang digunakan sebagai pencegah dan kebugaran tubuh manusia tidak bisa di prediksi tepat seperti halnya komoditas untuk konsumsi kuliner namun cabe jamu pada detik ini di level pengepul dan pedagang kesulitan membeli dalam jumlah besar. Harga fluktuatif mengikuti irama pasar. Harga ditingkat petani saat ini Rp.100 ribu per kg. Harga terendah paling sial turun di harga Rp.50 ribu per kg. Dibandingkan cabe rawit, cabe jawa atau cabe keriting jika sedang terjadi over produksi (booming) bisa terjun bebas di angka Rp.4.000 per kg nya.  Hasil dengan penanganan maksimum pada usia 2 tahun diperoleh panen 2,4 ons perbatang perbulan. Jika 5000 batang dalam 1 hektar anda akan mendapatkan hasil panen 12.000 ons perbulan atau 1200 kg.
Share:

Selasa, 28 April 2015

Cara Mudah Budidaya Sawo


Sawo adalah salah satu buah yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Pohon sawo bisa tumbuh menjadi cukup besar dengan buah yang banyak. Daunnya cukup rimbun sehingga cocok untuk digunakan sebagai tempat bernaung dari sengatan matahari. Sawo berasal dari kawasan tropis di Guatemala, Amerika Tengah kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Buah sawo memiliki berbagai macam gizi dan vitamin yang berguna bagi manusia. Mengkonsumsi buah sawo secara rutin baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah serta mengobati berbagai penyakit.

Pemilihan Lokasi

Selain khasiatnya yang hebat, sawo juga memiliki cara budidaya yang cukup mudah. Hal ini membuat banyak orang tertarik untuk menanam pohon sawo. Teknik budidaya tanaman ini dimulai dengan memilih lokasi pertanaman yang tepat. Sawo adalah tumbuhan tropis, oleh karena itu jangan tanam sawo pada daerah dengan suhu yang terlalu panas. Pastikan bahwa lokasi penanaman memiliki curah hujan antara 1250-2500 mm per tahun. Pohon sawo mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 900m-2500 m di atas permukaan air laut.

Cara Budidaya Sawo

Pohon sawo bisa dikembangkan dengan cara generatif dan vegetatif. Meskipun begitu terdapat perbedaan hasil dari kedua cara yang digunakan. Cara menanam menggunakan cara generatif dari biji, menghasilkan kualitas buah yang berbeda dengan sifat indukan. Sementara cara tanam menggunakan cara vegetatif dari okulasi atau sambung, bisa tetap mempertahankan sifat dan keunggulan dari indukan.


Pengolahan Tanah

Dalam mengolah lahan yang akan dijadikan tempat menanam sawo sebaiknya sudah disiapkan jauh hari sebelum musim hujan tiba. Untuk pengolahan tanah bisa dilakukan dengan cara mencangkul, membajak dan membersihkan lahan dari rerumputan. Jarak tanam yang baik antara satu pohon dengan yang lain sekitar 8-9 m x 8-9 m. Hal ini penting untuk menjaga agar tanaman tidak terlalu berdekatan apabila sudah tumbuh besar.

Pembuatan Lubang

Lubang yang digunakan untuk menanam sawo berukuran sekitar 50 x 50 x 50 cm. dalam membuat lubang, pastikan untuk memisahkan lapisan tanah yang atas dan bawah. Lalu tutuplah lubang sawo tersebut dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Biarkan lubang tetap terbuka sekitar 2 minggu untuk mempercepat pelapukan.

Penanaman Sawo

Penanaman sawo dilakukan pada musim hujan. Sebaiknya lakukan penanaman pada sore hari. Dalam melepaskan polybag, lakukan dengan hati-hati agar tanah tidak pecah. Pastikan agar leher akar yang ditanam berada di posisi yang sama saat persemaian. Usahakan juga agar tidak ada tanah yang menimbun bagian yang disambung / okulasi. Untuk pertumbuhan awal sawo, akan lebih baik jika ditanami tanaman penutup tanah. Rawat sawo dengan cara melakukan penyiraman setiap hari. Namun pastikan agar air tidak menggenang sebab sawo sangat peka terhadap genangan.

Perawatan Sawo

Perawatan sawo juga bisa dilakukan dengan menambahkan pupuk jenis N, P205 dan K20 per pohon. Proses pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun pada menjelang musim hujan dan pada saat musim hujan akan berakhir. Ini akan membantu proses pertumbuhan dan produksi buah sawo. Gunakan fungisida untuk membersihkan hama dari sawo, seperti penyakit pink dan penyakit bercah daun.

Pemanenan

Pemanenan buah sawo hasil penanaman generatif dan vegetatif memiliki waktu yang berbeda. Biasanya sawo hasil vegetatif cenderung lebih cepat berbuah daripada sawo generatif. Semakin tua umur tanaman, semakin banyak pula buah sawo yang dihasilkan. Sebagai informasi, pohon sawo berumur 15 tahun bisa menghasilkan buah sawo sebanyak 280-300 kg. Sawo akan berbuah dengan cepat pada musim panen raya. Untuk membedakan buah masak dan buah mentah dilakukan dengan cara membelah buah dan melihat daging buah yang dihasilkan.
Share:

Minggu, 05 April 2015

Cara Budidaya Ubi Jalar

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim  tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.

Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.

Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan
diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.

Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering.  dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.


Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat
berikut ini:
a) Daun: sayuran, pakan ternak
b) Batang: bahan tanam,pPakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat

Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di
Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
Share:

Budidaya Kentang Uang Datang

Kentang (Solanum tuberosum, L) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai kandungan kalori dan mineral penting bagi kebutuhan manusia. Analisis kimia umbi kentang dari 100 gram umbi, terkandung bahan-bahan sebagai berikut: air 77,8 gram; besi 0,7 mg; fosfor 50 mg; kalsium 11 mg; karbohidrat 19,1 gram; lemak 0,1 gram; protein 2 gram; vit. B1 0,11 mg; vit C 17 mg dan kalori 83 kal. (Dirjen Gizi, 1979).

Kebutuhan akan kentang meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan perubahan pola konsumsi masyarakat.

Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus-menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Oleh karena itu langkah perluasan penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan. Khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut.

Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya kualitas bibit yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus sangat sulit, teknik bercocok tanamnya yang kurang baik. Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk bibit.

Cara lain yang bisa ditempuh ialah dengan introduksi varietas-varietas terpilih dari negara lain atau
dari Internasional Potato Center untuk dicoba tanam di Indonesia, yang kondisinya sesuai. Menurut Listyowati (1992), varietas tersebut umbinya bisa digunakan secara ganda baik sebagai keripik ataupun sayur, di samping itu produksinya yang tinggi selalu dicari pedagang. Akhir-akhir ini sedang dicari varietas yang khusus untuk kebutuhan kentang goreng (french fries), salah satu varietas yang sesuai adalah Atlantik. Varietas ini banyak diusahakan oleh petani, karena selain cocok untuk dibuat keripik, tetapi juga merupakan bahan baku kentang goreng.

Produktivitas kentang yang rendah di Indonesia disebabkan oleh pemakain bibit yang bermutu rendah, produktivitasnya rendah, teknik bercocok tanam khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun waktunya, dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, selama pertumbuhan tanaman kentang menghendaki temperatur rata-rata antara 15,5° C – 18,3° C dan tampaknya temperatur malam yang dingin lebih penting daripada temperatur yang rendah di siang hari. Hal ini ada kaitannya dengan tuberisasi yang dipacu oleh hari pendek.


Kebutuhan kentang untuk bahan baku industri potato chips dalam negeri mencapai 3.000 ton, padahal produksi dalam negeri baru mampu memenuhi 25%,sisanya masih diimpor. Permintaan ini akan terus meningkat hingga 6.000 ton/tahun seiring dengan mulai berproduksinya perusahaan PMA asal Amerika di bidang agroindustri pada tahun 2001. Sementara itu, permintaan kentang untuk french fries sekitar 16.800 ton/tahun, dan baru dapat dipenuhi 4.300 ton. Oleh karena itu impor kedua produk tersebut terus meningkat, khususnya french fries yang pada tahun 1997 impornya mencapai 23.062 ton dengan nilai sekitar 23 juta dolar Amerika.

Kebutuhan kentang tahun 1993 menunjukkan bahwa, jumlah ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan impornya, yaitu 2.126.741,6 ton segar dan 316,3 ton beku dibandingkan dengan impornya 702,2 ton segar (bibit) dan 2.207,5 ton beku 1.708,5 ton awetan (Pasandaran dan Hadi, 1994).

Konsumsi kentang nasional per kapita pada awal Pelita II hanya, 1,17 kg per kapita. Pada awal Pelita III (1978-1980), konsumsi nasional naik menjadi 1,42 kg per kapita per tahun. Pada tahun 1990, ternyata konsumsi nasional akan umbi kentang kembali naik menjadi 2,46 kg per kapita per tahun.

Dewasa ini ada kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kentang yang lain, seperti kentang goreng (french fries), dan kentang untuk makanan kecil (hasil industri makanan). Akibat perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut, kebutuhan akan kentang semakin naik, apabila dibandingkan dengan produktivitas negara-negara beriklim dingin, produksi kentang di Indonesia jauh ketinggalan bahkan masih di bawah produktivitas Asia.

Manfaat.
Manfaat dari pengembangan kentang dataran medium antara lain sebagai berikut :
a. Efisien lahan, tenaga kerja, dan input produksi.
b. Memberikan alternatif pilihan pola tanam sayuran di lahan sawah dataran medium.
c. Terciptanya agribisnis kentang di dataran medium DIY.
d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
e. Berkembangnya budidaya kentang di dataran medium DIY
f. Petani memiliki kesempatan menanam komoditas bernilai tinggi

Persiapan lahan dan tanam.
Tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 20-35 cm, disisir sampai halus dan dibiarkan dua minggu agar terkena sinar matahari. Tanah yang sudah diolah dibuat menjadi blok, kemudian dibuat petak-petak penanaman. Jarak tanam yang digunakan yaitu 70 x 25 cm dan 60 x 25 cm. Pada penanaman, kentang ditanam dua baris diantara garitan. Lahan yang telah dipersiapkan berupa alur atau garitan-garitan diberi pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk buatan. Pemberian dilakukan dengan cara diberikan setempat diantara umbi kentang yang akan ditanam, yaitu pupuk buatan di atas pupuk kandang dan ditutup dengan tanah tipis. Kemudian bibit ditanam pada lubang-lubang
yang telah disiapkan dengan kedalaman tanam 25-30 cm, selanjutnya ditutup dengan tanah.

Pemupukan
Pemberian pupuk kimia, pupuk kandang dan Furadan 3G dengan dosis sesuai perlakuan semuanya diberikan pada saat tanam. Dosis pupuk urea 300 kg/ha, Za 100 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha, pupuk organik 5 ton/ha dan mulsa jerami 5 ton/ha.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri atas pengairan, penyiangan gulma, dan pemberantasan hama serta penyakit.

Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam, untuk penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Sambil penyiangan, dilakukan pula penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh atau pada tanaman yang tumbuhnya kurang baik.

Pembumbunan
Bersamaan penyiangan dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat, kemudian pembumbunan berikutnya dilakukan bila dirasa perlu.


Pengendalian Hama /Penyakit.
Untuk mengendalikan serangan cendawan Phytopthora Infestan yang dikenal sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman kentang digunakan Dithane M-45 0,2 % saat tanaman berumur 4 MST. Sedangkan untuk mengatasi serangan hama digunakan insektisida Bayrusil 0,2 %. Penyemprotan fungisida dilakukan bila tanaman telah menunjukkan gejala serangan. Selain bahan kimia juga digunakan agensi hayati seperti Tricoderma dan Gliocladium.

Panen
Panen dilakukan sesuai dengan umur masing-masing varietas. Varietas Granola dipanen pada umur 84 hari setelah tanam (hst), Varietas Atlantik 80 hst, Varietas Agria 80 hst, dan Varietas Panda 90 hst atau dengan tanda-tanda daun dan batang telah menguning atau mati serta umbinya tidak mudah mengelupas.
Share:

Cara Budidaya Jeruk Tahan Penyakit

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia.

Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.


Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. Dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).

Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.

Manfaat Jeruk :
1) Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan,
dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2) Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes,
alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk
membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
3) Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang
mata.


Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
Share:

Meraup Rupiah dari Budidaya Jabon


Dalam beberapa dekade terakhir ini, hasil kayu alam (kayu hutan) semakin menurun, sementara kebutuhan terhadap bahan baku kayu terus meningkat. Keadaan ini tentu mengkhawatirkan dengan makin menipisnya lahan hutan, sekaligus mengancam lingkungan hidup. Namun, jika dilihat secara positif, situasi tersebut merupakan peluang usaha untuk membudidayakan kayu. Tentu saja yang dilirik adalah jenis tanaman kayu keras berbatang besar dan cepat tumbuh. Salah satu yang sedang dikembangkan dan menjadi andalan industri kayu saat ini adalah jabon (Anthocephalus cadamba).

Tanaman ini  memiliki karakteristik selfpruning atau cabang akan rontok dengan sendirinya seiring dengan bertambah tingginya batang pohon sehingga log yang didapatkan akan berbentuk lurus nyaris tanpa mata.

Jabon mudah dipelihara dan lebih tahan terhadap serangan hama. Itulah sebabnya tanaman jabon mulai menggantikan posisi sengon yang lebih  mudah terserang penyakit dan perlu perawatan berupa penebangan ranting. Jabon merupakan salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ketinggian 0–1000 meter di atas permukaan laut.


Dengan situasi kebutuhan kayu yang meningkat, sementara pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam, di masa mendatang, harga kayu jabon akan makin menjanjikan pendapatan.

Keunggulan Jabon
Pohon Jabon dikenal juga dengan sebutan kayu kadamba. Di Sulawesi, jabon dikenal berbagai nama antara lain bance, pute, loeraa, pontua, sugi manai,
pekaung, atau toa. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan berbagai jenis lahan tanah. Dari kunggulannya itu, jabon dimanfaatkan sebagai tumbuhan perintis untuk menghijauan pada lahan kritis atau bekas pertambangan. Jadi tanaman ini berpotensi untuk menyelamatkan lingkungan dan menjadi penyimpan cadangan air.

Jabon memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena masa penebangan tidak memakan waktu yang lama. Tanaman ini kayunya sudah bisa ditebang di usia 4
sampai 5 tahun. Pada usia ini, jabon bisa mencapai tinggi 12 meter dengan diameter 30 sentimeter; atau bisa menghasilkan kayu sekitar 1,5 kubik per pohon.


Untuk mendapatkan bibit jabon juga tidak sulit. Pohon jabon selalu berbuah setahun sekali. Setiap buah akan menghasilkan biji yang siap disemaikan
sebagai bibit tanaman Jabon. Pembibitan jabon juga merupakan suatu peluang usaha, sebab bibit Jabon sangat diminati dan banyak dicari.

Sebagai gambaran, saat ini rata-rata harga bibit jabon dengan tinggi 50 sampai
dengan 70 cm dapat dijual dengan harga Rp 900,- s.d. Rp 1400,-. Sementara
itu, harga kayu jabon setinggi 12 meter dengan diameter 30 hingga 40 sentimeter, dihargakan sekitar satu juta rupiah per pohon.


Jabon merupakan jenis kayu yang memiliki tekstur kayu yang lebih halus dibanding kayu lainnya. Bentuknya silinder lurus dengan warna putih  kekuningan.

Karena teksturnya yang halus, kayu jabon mudah direkatkan dan memiliki permukaan yang mengkilap. Kayu jabon juga tidak cepat keropos sehingga tahan lama (awet).

Keunggulan lain dari tanaman ini meliputi:
  • ü  Usia tanam yang relatif singkat (sekitar 4-5 tahun).
  • ü  Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah liat, lempung, maupun tanah berbatu.
  • ü  Pemeliharaan tidak terlalu rumit.
  • ü  Tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang dan daun akan rontok sendiri.
  • ü  Memiliki batang berbentuk silinder dan lurus.
  • ü  Tahan terhadap penyakit tanaman (tumor karat).
  • ü  Banyak dibutuhkan industri kayu lapis, meubel, pulp (bubur kertas) dan bahan bangunan kayu.


Cara Budidaya
Penyemaian Bibit
  • ü  Tebarkan benih yang berasal dari biji pada media pasir halus. Pembenihan dilakukan dengan menggunakan wadah bak plastik yang telah dilubangi bagian bawahnya. Hal ini untuk memudahkan penyiraman benih.
  • ü  Penyiraman dilakukan dengan cara memasukkan bak yang berisi benih ke bak lain yang berisi air sehingga air merembes dari bagian bawah bak benih.
  • ü  Lakukan pengamatan dan pemberantasan hama penyakit.
  • ü  Setelah daun berukuran 1 cm, benih dipindahkan ke dalam polybag yang telah diisi dengan tanah dan kpmpos dengan perbandingan 2 : 1.
  • ü  Penaman bibit jabon dapat dilakukan pada berbagai keadaan tanah. Namun alangkah baik jika ditanam di tanah yang subur dengan penataan drainase yang baik.


Adapun cara menanamnya:
  • • Buat lubang tanam dengan berukuran 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm.
  • • Jarak tanam antar pohon bisa bervariasi yaitu 3 x 2 m, 4 x 4 m dan yang paling dianjurkan adalah jarak 4 x 5 m.
  • • Masukan campuran kompos dan pupuk NPK 2,5 gram ke dasar lubang sebagai
  • pupuk dasar diendapkan dilubang setinggi 30 cm. Setelah 3-7 hari, tanam bibit yang tekah dikeluarkan dari polybag, lalu timbun dengan mengunakan campuran tanah dan kompos setinggi 20 cm sehingga akar benar-benar tertimbun. Penimbunan jangan terlalu padat supaya lubang memiliki kantong air dan bibit mudah menyerap air.
  • • Pada tahun pertama lakukan pemupukan dengan NPK sekitar 0-100 gram (sebaiknya dilakukan di musim hujan).
  • • Pada usia 1-2 tahun, dilakukan pemupukan dengan campuran kompos atau pupuk kandang sekitar 0,5 kg dengan NPK sekitar 2,5 ons.
  • • Pada usia 2-3 tahun pemupukan dengan campuran kompos atau pupuk kandang 10 kg dengan NPK 5 ons.Pemupukan pada usia itu dapat dengan pupuk kandang atau kompos sekitar 20 kg.
  • • Pemupukan ditebarkan di sekeliling batang pangkal pohon supaya tidak
  • mengenai batang pangkal pohon. Perawatan
  • • Saat tanaman masih muda dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida untuk membunuh ulat-ulat pemakan daun. Ulat ini tidak mematikan tumbuhan, tetapi hanya menghambat pertumbuhan jabon.
  • • Penyemprotan bisa dilakukan secara aktif 1-2 minggu sekali selama 3-5 bulan tergantung keadaan gangguan, agar daun tidak dimakan ulat. Setelah daun cukup banyak, penyemprotan ini tidak perlu dilakukan lagi.
  • • Bersihkan gulma dan rumput sekitar pohon dari tumbuhan lain supaya tidak mengganggu pertumbuhan, sekaligus unsur hara bisa terserap maksimal oleh pohon.
  • • Sampah dan serasah dikumpulkan membentuk lingkaran mengelilingi pohon dengan radius 1 meter, supaya terdekomposisi menjadi unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan pohon. Perawatan ini dilakukan minimal sampai usia 1 tahun.


Penghasilan Tambahan
Untuk mengoptimalkan hasil dari lahan sebelum panen pohon jabon bisa dimanfaatkan dengan melakukan tumpang-sari yang tidak mengganggu pertumbuhan pohon jabon seperti palawija (kacang-kacangan), kunyit, cabe, dan lain-lain.

Pemanenan atau Penebangan
Proses pemanenan atau penebangan akan berpengaruh besar pada kualitas kayu jabon yang dihasilkan. Maka diperlukan penanganan pemanenan yang tepat supaya memberi hasil yang memuaskan. Waktu penebangan yang baik
dilakukan saat pohon benar-benar berumur dewasa (sekitar usia 5 tahun), kecuali pada saat penjarangan pohon pada usia 3 tahun.

Pilih pohon yang diameternya layak terbang (sekitar 35 - 40 cm). Penebangan dilakukan pada saat musim kemarau, supaya kualitas kayu yang dihasilkan tidak mengandung air terlalu tinggi.

Amati arah tebangan agar tidak menimpa pohon lain ketika pohon yang ditebang rubuh. Sebelum menebang sebaiknya dilakukan pemang kasan cabang dan ranting pohon untuk mengurangi kerusakan yang akan ditimbulkan oleh jatuhnya pohon jabon. Potonglah pohon yang telah ditebang dan dibersihkan sesuai ukuran, untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan.
Share:

Rabu, 18 Maret 2015

Cara Mencegah Kerontokan Bunga dan Buah Durian


Periode berbunga dan berbuah suatu tanaman adalah saat yang paling dinantikan oleh penanam karena harapan terbesar penanam adalah memanen buah dari tanaman yang sudah dirawat dengan baik dan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Namun, harapan ini terkadang tidak menjadi kenyataan karena bunga rontok dan berguguran sebelum berkembang sempurna, berubah menjadi bakal buah. Kalaupun berubah, bakal buah yang terbentuk hanya berjumlah sangat sedikit.

Secara umum, kerontokan bakal buah pasca persarian bunga, disebabkan karena beberapa faktor :

Kerontokan karena faktor fisiologis kimiawi :
Kandungan nutrisi, khususnya hara fosfat (P) dan kalium (potassium = K) yang terbatas dalam tanah atau media tanam tabulampot menjadi faktor penyebab utama kerontokan bunga dan bakal buah atau buah yang sedang mengalami proses pembesaran. Jika kandungan kalium dalam tanah sangat terbatas, maka kerontokan buah akan menjadi lebih banyak. Kerontokan buah ini akan semakin parah jika pasokan air dari dalam tanah ke tanaman juga terbatas. Jika kerontokan buah disebabkan oleh faktor malnutrisi kalium, maka pemberian pupuk kalium, baik dalam bentuk tunggal (Kalium Chloride, KCl) maupun dalam bentuk majemuk (Kalium nitrate, KNO3) dapat menjadi solusi untuk mengatasi kerontokan buah. Pemberian pupuk yang mengandung kalium harus dilakukan seawal mungkin, sebelum pembungaan berlangsung dan pasca persarian selesai sehingga pemanfaatan unsur hara oleh tanaman dapat terjadi secara optimal. Pada beberapa kasus, pemberian pupuk fosfat yang dikombinasikan dengan kalium (pupuk MKP, mono kalium phosphate, KH2PO4 misalnya) sangat membantu tanaman untuk berbunga dan berbuah dengan normal karena pasokan kalium diberikan dalam jumlah lebih sedikit, namun diberikan bersamaan dengan pemberian fosfat yang sangat dibituhkan tanaman saat memasuki periode vegetatif untuk berbunga dan berbuah. Pasokan air sebagai salah satu komponen utama dalam proses fotosintesis juga akan sangat membantu mencegah timbulnya masalah kerontokan bakal buah. Pasokan air yang cukup jangan diartikan bahwa tanaman harus mendapatkan air dalam jumlah berlebihan, namun harus dimaknai bahwa kondisi tanah di sekeliling media tanam haruslah selalu berada dalam keadaan lembab (bukan becek, apalagi tergenang), untuk memastikan bahwa pasokan air selalu tersedia saat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses persarian, pembesaran dan pemasakan buah. Ketersediaan kalium dan fosfat yang baik akan lebih bermakna bagi tanaman jika ketersediaan air juga mencukupi, sehingga proses pembentukan dan pengisian buah akan berlangsung dengan baik pula.


Kerontokan karena faktor biologis :
Pasca persarian bunga, seharusnya diikuti oleh pembentukan bakal buah yang akan berkembang menjadi buah sempurna, namun sering terjadi bakal buah rontok karena terserang beberapa jenis hama maupun penyakit buah. Hama-hama ini umumnya menyerang, dimulai pada saat pembentukan kelopak bunga hingga pembentukan bakal buah pasca persarian bunga. Beberapa hama berwujud ulat yang memakan bakal buah yang baru terbentuk, hama penggerek berupa serangga yang menghisap cairan sel bakal buah yang baru terbentuk, serta beragam jenis kutu penghisap cairan sel yang mengeluarkan sejenis madu yang disukai oleh semut. Simbiosis antara kutu dengan semut ini menimbulkan gejala lapisan hitam (embun jelaga) di sekujur bakal buah dan daun di sekelilingnya. Selain merusak buah muda, tampilan tanaman secara keseluruhan juga menjadi jelek karena lapisan jelaga hitam terlihat mengotori tanaman. Selain itu, jelaga hitam juga menghalangi daun tanaman untuk berfotosintesis dengan normal, dan mengurangi jumlah fotosintat yang terbentuk untuk disimpan sebagai cadangan bahan kering (biomassa) di dalam tubuh tanaman.

Kerontokan karena faktor fisik :
Di musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi, yang mengguyur terus-menerus dengan intensitas jangka waktu panjang, menjadi penyebab utama rontoknya bunga atau bakal buah pasca persarian. Dalam kondisi basah, benangsari (alat kelamin jantan pada bunga) lengket satu sama lain karena terikat oleh air, benangsari tidak bisa bertemu dan membuahi kepala putik (alat kelamin betina pada bunga). Sebaliknya di musim kemarau, suhu panas yang ekstrim disertai dengan pengaruh kelembaban yang rendah di siang hari, juga menjadi faktor fisik penyebab kegagalan persarian, karena pada suhu ekstrim, viabilitas atau daya hidup dan vigor benangsari menjadi sangat rendah (singkat) sehingga sulit bagi benangsari untuk tetap viabel dan membuahi kepala putik. Akibat kedua penyebab utama ini, bunga akhirnya layu dan gagal membentuk bakal buah karena proses persarian bunga tidak berlangsung secara normal.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, pada tanaman-tanaman tertentu, terdapat selisih waktu yang cukup nyata antara pemasakan benang sari (alat kelamin jantan) dan kepala putik (alat kelamin betina), artinya, benang sari masak lebih awal atau bahkan masak lebih lambat dari masaknya kepala putik. Perbedaan waktu pemasakan inilah yang menjadi penyebab kegagalan persarian pada tanaman karena benang sari tidak dapat membuahi kepala putik. Akibatnya, bunga langsung layu beberapa waktu setelah bunga mekar. Pemberian beberapa senyawa kimia, misalnya gibberelic acid (GA3), dapat merangsang terjadinya pemasakan benangsari yang serempak dengan pemasakan kepala putik atau sebaliknya, yang bertujuan untuk meningkatkan persentase keberhasilan persarian/pembuahan dan pada akhirnya akan meningkatkan pula persentase bunga menjadi bakal buah. Aplikasi GA3 konsentrasi sangat rendah (misalnya, kurang dari 200 ppm/bpj : bagian per juta) dapat dilakukan sebelum atau pada saat masa pembungaan berlangsung, diaplikasikan dengan cara penyemprotan bakal bunga maupun dengan cara pengocoran ke akar tanaman, akan sangat tergantung kepada jenis tanaman yang diperlakukan.

Pada beberapa tanaman, kegagalan persarian bunga dan tentu saja tidak akan diikuti oleh pembentukan bakal buah juga bisa terjadi karena ketidak hadiran serangga penyerbuk (entomogami), sehingga relatif sulit bagi benang sari bunga untuk menyerbuki kepala putik. Peranan angin sebagai salah satu penyebab terjadinya persarian bunga (anemogami) juga minimal, sehingga perlu dilakukan penyerbukan buatan dengan bantuan tenaga manusia, contoh pada tanaman panili, beberapa varietas salak, serta varitas buah naga. Benangsari dari bunga yang mekar diambil menggunakan kuas dan benangsari yang terkumpul kemudian dikuaskan ke kepala putik saat kepala putik siap untuk dibuahi, sementara pada salak diambil bunga jantan yang matang dan dilekatkan sambil dioles-oleskan ke bunga betina agar terjadi persarian atau perkawinan. Dengan proses artifisial ini diharapkan terjadi persarian bunga dan dari persarian tersebut tentu saja diharapkan muncul bakal buah yang akan berkembang menjadi buah sempurna. Tanpa persarian buatan, bunga akan mekar lalu kemudian layu dan rontok begitu saja.

Share:

Selasa, 17 Maret 2015

Teknik Okulasi Sambung Sisip Tanaman Buah


Okulasi adalah sebuah kata yang sangat populer di kalangan para pecinta tanaman, khususnya pecinta tanaman buah, termasuk para penangkar bibit (grower). Populer, itu karena mayoritas bibit tanaman buah yang dihasilkan dan beredar secara luas di Indonesia adalah bibit yang diperbanyak dengan cara okulasi atau tempel mata, meski sebenarnya cara okulasi bukan satu-satunya cara untuk memperbanyak tanaman. Okulasi juga ternyata kurang begitu populer bagi kalangan pecinta tanaman khususnya di Jawa Timur dan Kalimantan Barat, sebab dari kedua daerah tersebut, cara sambung pucuk (top grafting) adalah cara yang paling banyak digunakan dibanding cara-cara perbanyakan tanaman lainnya. Di beberapa daerah lainnya, sambung susuan (approach grafting) justru menjadi cara perbanyakan yang paling disukai.

Topik ini tidak mengulas okulasi karena pendapat dari beberapa penangkar, okulasi adalah cara yang relatif sulit karena menuntut kemampuan teknis yang lumayan tinggi alias agak njlimet kata orang Jawa (padahal sebenarnya tidak), serta pertumbuhan mata tunas yang relatif lebih lambat (bagi orang yang kurang sabar). Mengambil (kadang harus dengan cara mencongkel) mata tunas memang bukan hal mudah bagi pemula dan penghobi yang jarang bersentuhan dengan cara atau teknik ini. Jika proses okulasi mata tunas yang ditempelkan berhasil, dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menumbuhkan mata tunas tersebut menjadi calon batang dan cabang. Oleh karena itu, dicari teknik baru yang relatif lebih sederhana dibanding okulasi di satu sisi dan di sisi lainnya, cara yang relatif lebih sederhana tersebut bisa menghasilkan bibit tanaman baru yang pertumbuhannya lebih cepat bongsor dibanding bibit hasil okulasi.

Sambung sisip sebenarnya bukan teknik baru karena cara ini sebenarnya hanya memodifikasi teknik sambung mata alias okulasi. Dikatakan modifikasi karena "step by step" hampir mirip dengan okulasi, namun jika pada teknik okulasi yang ditempelkan adalah mata tunas, maka pada sambung sisip yang ditempelkan adalah ranting muda. Jika pada teknik okulasi hanya menempelkan 1 mata tunas saja, maka pada sambung sisip dapat ditempelkan ranting muda dengan lebih dari 1 mata tunas, bisa 2 mata tunas sekaligus, bahkan lebih. Dengan demikian, jika mengandung lebih dari 1 mata tunas, maka titik percabangan rendah dapat direkayasa dari awal, sejak bibit tersebut dibuat, karena bibit dengan percabangan rendah atau percabangan yang langsung muncul di titik sambungan akan menghasilkan tanaman yang rendah namun kompak, rimbun, dan dengan tajuk yang membulat, satu model yang sangat ideal untuk para penghobi tanaman buah dalam pot maupun untuk penanaman di lahan. Jika penempelan ranting muda berhasil, pertumbuhan tunas dari ranting muda tersebut juga cenderung lebih cepat dibanding tunas yang muncul dari penempelan mata pada okulasi, dengan demikian hal ini menjadi solusi bagi mereka yang menginginkan pertumbuhan bibit yang lebih cepat bongsor.



Berikut adalah tahapan-tahapan dalam proses sambung sisip :
(contoh foto tutorial adalah sambung sisip pada tanaman klengkeng)






Siapkan batang bawah yang pertumbuhan tanamannya sehat, daun di bagian ujung tunas telah berkembang sempurna dan berwarna hijau tua. Itu tanda bahwa tanaman sedang berada dalam keadaan dorman, tidak terjadi aktifitas pembelahan sel yang intensif di bagian tunas-tunas ujung tanaman. Dalam kondisi seperti ini, kambium tanaman berada keadaan maksimum, lapisannya kambiumnya tebal, dan sangat ideal untuk proses pengelupasan kulit batang dan penyambungan serta penyatuan entres.

Pilih titik penyambungan, kira-kira 15 hingga 25cm di atas pangkal batang, iris kulit batang di titik penyambungan tersebut memanjang dari atas ke arah bawah, sepanjang 3-5cm, dengan lebar 7-10mm.






Potong melintang kulit batang pada bagian atas, lalu congkel menggunakan mata pisau, kemudian tarik kulit batang pelahan dengan hati-hati agar tidak putus atau robek. Potong "lidah" kulit batang tersebut dengan menyisakan kulit batang sepanjang 1cm di bagian bawah yang nantinya berfungsi sebagai dudukan atau penyangga entres yang akan ditempelkan ke batang bawah.

Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kulit batang tidak dapat dikelupas dan lengket saat ditarik, ini adalah tanda bahwa lapisan kambium batang bawah berada dalam keadaan minimum dan sangat tipis. Batalkan penggunaan batang bawah tersebut dan suburkan kembali pertumbuhannya agar dapat digunakan kembali sebagai batang bawah setelah pertumbuhannya disuburkan beberapa waktu kemudian.



Siapkan entres yang diambil dari ranting bagian ujung dari pohon induk terpilih. Entres harus cukup muda dengan kulit berwarna hijau atau hijau keabuan. Potong semua daunnya dan sisakan tangkai daun sepanjang kurang lebih 5mm yang berfungsi untuk melindungi mata tunas di bagian ketiak tangkai daun saat plastik pengikat dililitkan ke titik sambungan.

Jangan gunakan entres yang kulitnya telah berwarna cokelat tua atau coklat keabuan karena daya regenerasi entres seperti telah menurun, sehingga kemampuannya untuk menumbuhkan tunas lebih rendah dibanding yang diambil dari tunas muda di bagian ujung.

Entres bisa dipilih mulai dari bagian pucuk hingga bagian bawah dengan 1-4 mata tunas, yang penting kulit entres masih berwarna hijau atau hijau keabuan.



Potong entres dengan 1-3 mata tunas, lalu iris miring sepanjang 2cm pada bagian pangkalnya dan usahakan agar pengirisan tersebut hanya dilakukan dengan prinsip "sekali iris langsung jadi". Pengirisan berkali-kali bisa membuat entres menjadi sangat pendek ukurannya sehingga sulit untuk ditempelkan, selain itu pengirisan berulang-ulang bisa menimbulkan resiko memar jaringan yang akhirnya memperkecil persentase keberhasilan penyambungan tersebut.



Letakkan entres yang telah disayat bagian pangkalnya, persis berhadapan dengan bidang sayatan kulit batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya, lalu tempelkan dengan tepat sehingga terjadi pertemuan antara bidang iris entres dengan bidang sayatan kulit batang bawah . Umumnya, entres tidak akan jatuh karena terjepit oleh "lidah" kulit yang disisakan sebagai dudukan atau penyangga entres.




Jepit titik sambungan dengan ibu jari tangan agar entres tidak bergeser atau berubah posisinya. Pergerakan entres yang berulang-ulang akan mengurangi tingkat keberhasilan penyambungan karena bidang pertemuan entres dan batang bawah mengalami memar, khususnya di bagian jaringan kambium batang bawah.






Ikat bidang sambungan menggunakan irisan plastik PE (polyethilene) yang tipis namun sangat lentur dan kuat. Ikatan dimulai dari bawah, sekitar 5mm dibawah sambungan, melingkar sambil menarik plastik ke arah atas, menutup rapat seluruhnya hingga kira-kira 5mm di atas entres yang ditempelkan.



Keseluruhan bidang sambung dan entres telah tertutup rapat oleh lilitan plastik sehingga mengurangi infiltrasi air dari luar yang bisa membuat entres membusuk, sekaligus lilitan plastik tersebut membuat iklim mikro menjadi tetap lembab. Fungsi lain dari lilitan plastik ini adalah mengurangi laju penguapan air (evapotranspirasi) akibat metabolisme entres sehingga akhirnya entres tetap berada dalam kondisi segar.




Gunakan plastik PE (polietilen) yang tipis, sangat lentur, namun kuat sebagai pengikat. Plastik yang digunakan sebagai pengikat mempunyai ketebalan 0,02mm, berbentuk lembaran yang kemudian diris-iris menggunakan cutter, berukuran lebar 2-3cm dan panjang 10-15cm, disesuaikan dengan diameter batang bawah yang akan disambung sisip 




Bariskan dengan rapi semua bibit yang telah disambung sisip di tempat terbuka untuk memudahkan pemeliharaan selama proses sambung sisip berlangsung.








Empat minggu pasca penyambungan, plastik pengikat dapat dibuka seluruhnya. Jika entres tetap segar dan berwarna hijau atau kehijauan, berarti sambungan berhasil, namun jika entres menghitam dan mengering, hal tersebut adalah tanda bahwa proses penyambungan gagal. 

Jika sambungan berhasil, biarkan 2-4 hari, setelah itu potong setengah batang bawah setinggi 5-8cm di atas titik penyambungan. Setelah dipotong setengah, tekuk batang atas ke arah bawah untuk merangsang tunas agar tumbuh dengan cepat karena entres telah menyatu dengan batang bawah.






Tunas akan tumbuh dengan cepat pasca pemotongan batang utama (batang bawah) 5-8cm di atas titik sambungan. Penyinaran sinar matahari penuh akan merangsang laju pertumbuhan tunas menjadi batang baru dengan cabang, ranting dan daun baru yang sempurna.










Tunas akan tumbuh dan berkembang sempurna 10-12 minggu pasca penyambungan



 
klengkeng Diamond River "Jenderal" hasil perbanyakan sambung sisip
 

Berikut ini adalah tampilan beberapa bibit tanaman buah yang dibuat dengan menerapkan teknik sambung sisip, dengan tunas yang telah tumbuh dan berkembang sempurna


















Share:

Pengikut