Jumat, 20 September 2013

Burung Hantu Bersahabat Dengan Petani Banyuwangi


Kelompok Tani Pelita dan Kelompok Tani Berantas Desa Wringinrejo Kecamatan Gambiran telah berhasil mengembangkan burung hantu (Tyto Alba). Dibawah bimbingan tangan dingin Ibu Siti Zulaika selaku tenaga THL (Tenaga Harian Lepas) Penyuluh Pertanian yang semula membeli sepasang burung hantu dari Demak sekarang sudah berkembang biak sangat pesat. Petani diajari cara penangkaran dengan telaten hingga sampai dengan diterbitkannya Peraturan Desa nomor 3 Tahun 2013 tentang Larangan Berburu Burung Hantu. Burung hantu merupakan predator hama tikus yang sangat efektif, setiap malam seekor burung hantu mampu melahap tikus 4 sampai dengan 6 ekor. Bila sudah kenyang, maka burung hantu mempunyai kemampuan untuk membunuh tikus bukan untuk dimakan sampai 25 ekor per malam. Selain itu burung hantu memiliki dayapenglihatan yang sangat tajam, sehinggan burung hantu dapat mendeteksi dan memburu tikus jarak jauh. 
Burung hantu dapat bertelur 2 kali dalam setahun, biasanya pada bulan Pebruari dan Bulan Juni, sekali bertelur rata rata 12 butir, namun yang menetas berkisar 7 – 8 ekor. Sehingga berkembang biaknya sangat cepat. Pemanfaatan burung hantu sebagai predator tikus sangat efektif dan efisien, karena menghemat biaya dan tenaga bila dibandingkan racun / rodentisida ujar Siti Zulaika. 
Di Desa Wringinrejo sekarang sudah berdiri kurang lebih 29 pagupon. Satu pagupon efektif untuk areal 2 ha. Dengan adanya larangan berburu burung hantu, maka saat ini di Desa wringin rejo kesulitan mencari tikus artinya Desa ini saat sudah bebas dari serangan hama tikus, hal ini sungguh kuar biasa. 
Kabid Pertanian Tanaman Pangan dalam kunjungannya ke kelompok tani ini, memberikan dukungan dan support kepada para petani , karena Kelompok Tani ini dapat menangkarkan burung hantu secara swadaya tanpa bantuan dari Pemerintah Daerah. Kedepan penangkaran burung hantu akan dimasukkan ke dalam salah satu program inovatif Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan. 
Seandainya daerah endemis tikus seperti Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Kabat dan Kecamatan Sempu, dapat memcontoh seperti apa yang dilakukan petani di Desa Wringinrejo kecamatan Gambiran, maka kerugian petani akibat tikus dapat ditekan sebesar mungkin, tentunya kuncinya adalah JADIKAN BURUNG HANTU SEBAGAI SAHABAT PETANI, HENTIKAN PERBURUAN LIAR YANG MERUSAK EKOSISTEM.
Share:

Kamis, 12 September 2013

Teknik Budidaya Kelengkeng


Kelengkeng lebih cocok ditanam di dataran rendah antara 200-600 m dpl yang bertipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari empat bulan. Air tanah antara 50-200 cm. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Sementara tanaman led lebih senang pada dataran tinggi antara 900-l.000 m dpl.

Pedoman Budidaya
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun). Selain itu, bibit dari biji sering tumbuh menjadi lengkeng jantan yang tidak mampu berbuah. Bibit okulasi/cangkokan mulai berbuah pada umur empat tahun. Budi daya tanaman Lengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg. Pupuk buatan yang diberikan sebanyak l00-300 g urea, 300-800 g TSP (400- 1000 kg SP-36), dan l00-300 g KCl untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dalam selang tiga bulan. Setelah panen buah, pemberian pupuk cukup sekali sebanyak 300 g urea, 800 g TSP, dan 300 g KCl per pohon.



Pemeliharaan
Pemeliharaan penting adalah pemangkasan cabang yang tidak produktif dan ranting-ranting yang menutup kanopi. Dengan demikian, sinar matahari dapat masuk merata ke seluruh bagian cabang. Tumbuhan parasit (benalu) harus cepat dibuang. Tanaman lengkeng termasuk mudah tumbuh, tetapi sukar berbunga. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi pembungaan dengan jalan mengikat kencang batang yang berada satu meter di atas permukaan tanah. Batang dililit melingkar sebanyak 2-3 kali dengan kawat baja. Tanaman mulai berbunga pada umur 4-6 tahun. Biasanya,tanaman ini berbunga pada bulan Juli-oktober. Buah matang lima bulan setelah bunga mekar.

Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang tanaman lengkeng adalah serangga pengisap buah (Tessaratoma javanica). Kelelawar merupakan binatang hama yang sering merusak buah yang matang. Penyakit yang sering menyerang saat musim hujan adalah mildu seperti yang menyerang tanaman rambutan. Untuk mencegah serangan kelelawar, pentil buah dibrongsong dengan brongsong yang dibuat khusus.


Panen dan Pasca Panen
Musim panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300–600 kg per pohon. Lengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.

Share:

Rabu, 04 September 2013

Teknik Budidaya Markisa Berkualitas


Tanaman markisa (passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut sekurang-kurangnya 50 diantaranya dapat dikonsumsi buahnya. Diantara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar negeri adalah passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow granadilla fruit atau meracuja.

Jenis tanaman markisa yang dimaksud dalam lending model ini adalah markisa asam untuk industri yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims)

Lokasi
Tanaman markisa merupakan tanaman subtropis, sehingga jika ditanam di Indonesia harus di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 – 90%, suhu lingkungan antara 20 – 30oC, tidak banyak angin.

Tanah
Tanaman markisa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama pada yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 – 7,5 dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman markisa adalah dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih harus dibuat terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.

Pembibitan
Tanaman jenis tanaman yang umum dibudidayakan oleh petani adalah jenis markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini mempunyai batang yang kecil, perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang mempunyai batang yang cukup besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya kurang disukai karena rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh karena itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata hasilnya cukup memuaskan.

Dalam model kelayakan usaha budidaya markisa ini disarankan agar plasma menanam markisa dengan bibit sambungan dan untuk semua besaran teknis yang diberikan berikut ini, ditunjukkan untuk budidaya tanaman markisa.

Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah, yaitu kegiatan mulai dari land clearing sampai lahan siap tanam. Untuk kegiatan tersebut diperlukan tenaga kerja sekitar 95 HOK per ha. Selanjutnya di buat lubang tanaman dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Untuk pembuatan lubang tersebut 1 HOK dapat menyelesaikan 30 lubang perhari.

Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per ha.

Tanaman markisa adalah tanaman merambat, untuk itu perlu dibuatkan tiang rambatan. Tiang rambatan dapat dibuat dari pohon hidup, misalnya lamtoro, tonggak kayu atau bambu. Cara rambatan lain dengan menggunakan kawat yaitu diantara dua tiang disambungkan sebuah kawat rambatan yang berdiameter berkisar 3 mm.

Sesuai hasil penellitian yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Hortikultura Berastagi, penggunaan tiang rambatan dengan pucuk bambu (tanpa kawat) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman markisa serta jumlah buah dan berat buah per pohon dibandingkan dengan tiang rambatan dengan penggunaan kawat (sistem para-para tiang jemuran dan sistem memakai kawat).

Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan interval 3 kali per tahun pada bulan November s/d Mei. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk makro, yaitu urea dengan dosis 800 – 900 gram/pohon/tahun, TSP yaitu 60 – 120 gram/pohon/tahun dan KCl dengan dosis 800 – 1.200 gram/pohon per tahun, tergantung dari umur tanaman. Untuk tanah yang masam sebaiknya diberi dolomit dengan dosis 200 – 500 gram per pohon per tahun. Selain itu diperlukan juga pupuk organik yang diberikan dengan dosis 40 kg per pohon per tahun. Pupuk organik biasanya di berikan sebagai pupuk dasar diberikan sebagai pupuk dasar.

Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan tersebut adalah 8 – 12 HOK per ha per tahun, untuk pemupukan.

Plant Maintenance
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah kegiatan penyiangan, pengairan dan pemangkasan tanaman. Penyiangan tanaman dilakukan secara berkala untuk menggemburkan tanah dan mencabut rumput yang ada disekitar tanaman.

Pembersihan air secara teratur pada tanaman sangat dianjurkan, terutama pada saat tanaman berbunga dan berbuah. Kebutuhan air akan meningkat pada saat mendekati pemasakan buah. Jika pada saat buah itu tanaman kekurangan air, buah akan berkerut dan jatuh sebelum masak.

Pemangkasan tanaman diperlukan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru tempat dimana bunga akan muncul. Kegiatan ini dilakukan segera setelah selesai panen.

Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan tanaman diperkirakan antara 15 – 18 HOK per ha per tahun tergantung dari umur tanaman.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Tanaman markisa sangat rentan terhadap nematoda, khususnya yang jenis ungu (edulis), sedangkan yang kuning (flavicarpa) cukup resisten. Serangan nemotoda akan mempercepat kematian tanaman. Selain nematoda, beberapa jenis penyakit seperti Fusarium Wilt (Fisarium oxysporum f. sp. Passiflrae). Phytophthora Blight (Phytopthora nicotianae) dan bercak coklat (Alternaria passiflorse) serta hama bekicot yang dapat berkembang baik di daerah dingin, juga menyerang tanaman ini. Beberapa jenis pestisida yang banyak digunakan antara lain adalah insektisida : Perfekthion 400 EC, Tiodan 35 EC dan Rhocap 10 G, fungisida : Dithane M 45 dan Vitigran Blue serta nemotocida : Nemacur 400 R. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan kondisi serangan hama penyakit, namun demikian secara normal diperkirakan antara 20 – 25 HOK per ha per tahun.

PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah setelah berumur 9 – 10 bulan, sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal, yaitu sekitar 7 bulan. Warna buah yang pada mulanya berwarna hijau muda, akan berubah menjadi ungu tua (edulis) atau kuning (flavicarpa) ketika masak. Sejak pembungaan diperlukan waktu 70 – 80 hari untuk menjadi buah masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik, buah markisa harus dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah markisa ungu mempunyai rasa lebih manis dan beraroma lebih kuat dari pada markisa kuning. Kandungan karbohidrat dan asam-asam organik kedua jenis markisa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Produksi markisa ungu dari perkebunan rakyat bervariasi antara 5 – 10 ton ha per tahun, padahal produksi tersebut dapat ditingkatkan sampai 15 ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara markisa kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas, produksi markisa diharapkan akan meningkat antara 20 – 30 ton per ha per tahun

Sumber :
1. Jagtiani, J H.T Chan Jr and W.S Sakai 1988. Tropical Fruit Processing. Academic Press. Inc San Diego, California, USA.
2. Ashurst, P. R 1995 Food Flavourings Blackie Academic & Professional. Bishopbriggs, Glascow, UK.

Pasca Panen 
Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar atau sari buah berbeda. Buah markisa termasuk buah klimaterik, untuk itu jika buah tersebut akan dijual sebagai buah segar, sebaiknya buah panen pada saat persentase warna ungu mencapai 50 – 70% dan disisakan tangkai buah ± 3 cm. Buah tersebut harus dijaga kenampakan kulit buahnya, yaitu tetap mulus, tidak berkeriput. Buah markisa dapat disimpan selama 4 – 5 minggu pada suhu 70C dan kelembaban nisbi 85 – 95% tanpa merusak kualitasnya. Pada umumnya dalam 1kg markisa terdapat 20 – 25 buah.

Untuk mengekspor buah segar, grading buah didasarkan pada diameter buah, yaitu :
  • § Ukuran kecil : 48 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 50 mm
  • § Ukuran sedang : 36 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 65 mm
  • § Ukuran besar : 24 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 80 mm
Ukuran menghasilkan sari buah markisa yang berkualitas baik, buah harus dipanen masak. Buah sebaiknya dipanen minimal pada saat kematangan mencapai 75% akan lebih baik jika buah dipanen masak, tetapi buah yang dipanen masak yaitu tang telah jatuh dari tangkainya akan cepat mengalami penurunan kadar air, sehingga kulitnya menjadi keriput. Namun demikian kondisi sari buahnya tetap tidak berubah. Dari 100 kg buah dapat dihasilkan sekitar 40 kg sari buah yang masih berbiji (pulp) atau 30 kg sari buah.

Pengolahan sari buah markisa cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh home industry. Tetapi untuk tujuan ekspor, industri markisa harus dapat menjaga kualitas dan hiegenis bahan. Hal ini belum dapat dilakukan oleh home industry. Ekspor yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah dalam bentuk sari buah yang masih tercampur buahnya (pulp). Proses ini cukup sederhana, yaitu buah markisa di belah dua, disendok pulp nya kemudian dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan langsung dibekukan (block quick freeze), kemudian di simpan di dalam cold storage selama menunggu pengapalan untuk diekspor.
Share:

Teknik Budidaya Kesemek


Kesemek adalah nama sejenis buah-buahan dari marga Diospyros. Tanaman ini dikenal pula dengan sebutan buah kaki, atau dalam bahasa Inggris dinamai Oriental (Chinese/Japanese) persimmon. Nama ilmiahnya adalah Diospyros kaki. (‘Kaki’, bahasa Jepang, adalah nama zat tanin yang dihasilkan buah ini).

Sepintas kesemek (Diospiros kaki) mirip buah apel, jika sudah matang warna kulitnya kekuningan. Rasanya manis dengan tekstur daging renyah seperti papaya mengkal dan berangsur lunak seiring dengan matangnya buah. Selain dimakan sebagai buah meja, kesemek cukup potensial sebagai bahan baku manisan atau selai.

Jika sedang musim, buah kesemek sangat melimpah. Pasar kurang bisa menyerap buah karena tidak semua orang menyukainya. Kondisi ini seringkali menjadikan harga buah sangat murah. Perlu dilakukan penganekaragaman olahan kesemek paska panen agar citarasa, daya tahan serta nilai ekonominya meningkat.

Kandungan dan Manfaat

Berdasarkan riset, diketahui ternyata banyak zat kimia hebat di dalam buah kesemek. Di antaranya terdapat senyawa-senyawa antioksidan yang selain berkhasiat mencegah kanker juga menghambat proses penuaan dini. Mengonsumsinya dapat menghilangkan dahaga, menyehatkan paru-paru dan menguatkan limpa.

Buah yang dalam bahasa Yunani diartikan sebagai food of the God alias makanan para dewa ini mempunyai nilai gizi yang cukup baik. Dibandingkan semangka dan apel kandungan vitamin C juga A jauh lebih tinggi. Setiap 100 g kesemek mengandung kalori 78 kkal, protein 0,8 g, lemak 0,5 g, karbohidrat 20 g (terutama fruktosa dan glukosa), kalsium 6 mg, vitamin A 2.710 SI, vitamin C 11 mg dan vitamin B1 0,05 mg.Nilai energinya 320 kJ/100 g.

Buah kesemek yang muda mengandung zat tanin yang dinamai tanin-kaki, yang menimbulkan rasa sepat pada buah. Zat ini akan berkurang bersama dengan masaknya buah. Tanin-kaki dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan tangan, membantu produksi arak-beras di Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi.

Satu poin penting, sebutir kesemek setiap hari dapat membantu mencegah pengerasan pembuluh darah. Kesemek juga berkhasiat menjaga tekanan darah agar tidak melewati ambang normal ( Tekanan Darah Tinggi ) . Tepeliharanya kelenturan pembuluh darah dan stabilnya tekanan darah adalah kunci utama terpeliharanya kesehatan jantung.

Nah, Tuhan telah menciptakan kesemek dengan segala nilai lebihnya. Sepatutnya kita memanfaatkan kelebihan itu untuk kebaikan diri kita dan keluarga, bukan sebaliknya menganggap remeh sesuatu yang berharga.

Kesemek juga kaya akan likopen yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah kanker, phytochemical lutein, betakaroten dan serat. Kandungan polifenol di dalam kesemek dapat menurunkan kolesterol jahat dan mencegah penyakit jantung.

Sedangkan serat kesemek dapat mengikat zat karsinogen dan mengelurakannya dari saluran cerna, manfaatnya kanker saluran pencernaan bisa dicegah. Serat juga menjegah sembelit dan menjaga kesehatan sistem pencernaan.

Buah kesemek yang matang dan empuk, yang telah hilang rasa sepatnya, setelah dipanen dapat dimakan dalam keadaan segar, atau daging buahnya diproses menjadi puri, es krim, selai, agar-agar, dan sebagainya. Beberapa kultivar yang berasa sepat dapat diolah menjadi produk kering yang enak rasanya, mirip dengan buah ara yang kering.

Zat taninnya yang disebut ‘kaki’ dimanfaatkan dalam penggambaran pakaian atau kertas agar tahan lama; pemakaian utamanya masa kini adalah dalam berbagai kerajinan tangan. Tanin ‘kaki’ juga digunakan sebagai bahan proteolitik dalam pembuatan arak beras Jepang, dan dalam pengobatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Budidaya Kesemek

Walaupun asal-usulnya dari daerah subtropik, kesemek dapat beradaptasi dengan berbagai cuaca pada iklim sedang yang hangat, seperti yang dijumpai di dataran tinggi daerah tropik. Pengalaman di Asia Tenggara menunjukkan bahwa iklim musiman yang menonjol tidak diperlukan. Pembudidayaan kesemek berhasil baik di dataran tinggi di atas 1000 m dpl; tetapi dijumpai juga beberapa contoh pohon kesemek yang berbuah di dataran rendah, misalnya di Kucing (Sarawak).

Lahan yang ternaung penting sekali untuk menghindari kerusakan daun muda yang masih lemah dari embusan angin, dan menghindari terjadinya lecet-lecet pada buah. Pohon kesemek toleran terhadap berbagai tipe tanah, tetapi lebih mudah mempertahankan hasil produksi yang tinggi jika ditumbuhkan pada tanah dalam tetapi tidak terlalu berat, dan yang baik drainasenya. Keasaman yang dianjurkan ialah pH antara 5,5-6,5.

Pohon kesemek berukuran kecil sampai sedang, 15 m atau kurang, dioesis (dioecious, berumah dua) dan kadang-kadang monoesis, berbatang pendek dan bengkok-bengkok, banyak cabang, serta menggugurkan daun. Daun dalam dua deret, tersusun berseling, bertangkai pendek lk. 3 cm, bundar, bundar telur sampai jorong, 2,5-15 × 5-25 cm, hijau kuning berkilap.

Bunga jantan dalam malai pendek berisi 3-5 kuntum, bunga betina soliter, di ketiak daun, berbilangan 4. Buah buni berbentuk gepeng membulat dan bersegi empat, hijau kekuning-kuningan sampai merah, dengan daun kelopak yang tidak rontok.

Pedoman Budidaya

Perbanyakan kesemek di Indonesia dan Malaysia biasanya melalui pemisahan tunas akar yang berumur beberapa tahun. Tanaman yang berasal dari benih cenderung bercabang kurus-kurus clan lemah. Di daerah subtropik, perbanyakan kesemek biasanya dilakukan dengan sambungan mata tunas dewasa di atas batang bawah yang berasal dari benih. Setek sangat sulit berakar.

Saat perbanyakan yang tepat merupakan hal yang penting, sebab jika masa pertumbuhan pucuk secara alami terlewati, pertumbuhan akan terhambat beberapa tahun; hal ini merupakan masalah tersendiri pada kesemek. Sama halnya juga dengan saat potion sedang tak berdaun, dan hati-hatilah agar perakarannya tidak rusak.

Jarak tanam bergantung kepada kesuburan pohon dari- berbagai kultivar; dianjurkan variasi antara 6 m x 4,5 m (setara dengan 370 pohon/ha) dan 5 m x 2,5 m (setara dengan 800 pohon/ha). Di daerah tropik, pertumbuhan kesemek cenderung lebih subur, dan umumnya diperlukan jarak tanam yang lebih jarang.

Pemeliharaan

Pembuangan kuncup dan penjarangan bunga dianjurkan untuk menekan kecenderungan terjadinya berbuah dua-tahunan. Tambahan pula buah-buah yang masih kecil hendaknya juga diperjarang sampai tinggal satu atau paling banyak dua butir pada setiap pucuknya, agar diperoleh buah yang baik kualitasnya.

Pemupukan utama, baik dengan pupuk kandang maupun pupuk buatan hendaknya dilaksanakan 1-2 bulan sebelum panen. Kelebihan nitrogen agar dihindari, sebab akan merangsang kesuburan tanaman, menambah rontoknya buah yang masih kecil-kecil, dan mempercepat pertumbuhan buah sehingga akan terjadi rongga di bawah daun kelopak.

Buah kesemek dipanen dengan cara tangkai buahnya dipotong, sehingga daun kelopaknya tetap menempel pada buah. Buah yang belum tua tidak akan menjadi enak dan manis. Di Jepang, digunakan peta warna untuk memastikan bahwa buah yang dipetik itu warna kulitnya optimal. Sebagian besar kultivar dapat disimpan buahnya di dalam ruang pendingin pada suhu + 1° C sampai -1° C selama 2-4 bulan.

Pangsa Pasar

Kesemek memang bukan apel. Pamornya sebagai buah pun jauh di bawah apel impor maupun lokal. Rasanya jarang’ sekali ada yang menjadikan kesemek sebagai buah favorit. Sulit menemukannya di supermarket atau toko-toko buah berkelas.Bila ingin kesemek, carilah di pasar tradisional.

Tak perlu repot-repot menawar karena harganya sudah murah. Biasanya tak sampai Rp 5.000 per kilo. Mungkin karena identik dengan harga murah, kesemek kadung dicap sebagai buah rakyat. Entah karena faktor ini atau sebab lain, banyak yang enggan membeli kesemek untuk disuguhi menjamu tamu lantaran gengsi.

Buah ini cukup penting dalam tradisi Tiongkok dan Jepang, sehingga nilai komersialnya tinggi di sana. Kini komersialisasi produksi kesemek telah merembet dan meluas ke Selandia Baru, Australia dan Israel. Ekspor dari Israel inilah yang dinamai sebagai Sharon fruit.

Di Indonesia, Malaysia dan Thailand, produksi kesemek umumnya hanya cukup untuk konsumsi lokal. Sumatera Utara, khususnya wilayah Brastagi, di waktu lalu pernah secara tetap mengirimkan kesemek untuk Singapura; namun kini terhenti karena kualitasnya terdesak oleh kesemek produk negara-negara lain.

Tempat-tempat lain di Indonesia yang menghasilkan kesemek di antaranya adalah Jawa Barat dan Jawa Timur, di mana buah ini ditanam pada daerah-daerah tinggi di pegunungan.
Share:

Minggu, 01 September 2013

Budidaya Jambu Bangkok


Jambu bangkok berasal dari Bangkok, Thailand. Keunggulannya terletak pada ukuran, rasa, dan warnanya. Ukurannya tergolong besar gemuk dengan panjang 6-7 cm dan diameter sekitar 5 cm. Rasanya sangat manis dengan kandungan air sedikit sehingga teksturnya agak keras. Buah muda berwarna hijau kekuningan, sedangkan yang tua merah bergaris hijau kekuningan. Produksi buahnya sangat banyak sehingga dalam satu pohon buahnya tampak menutupi daun. Jenis ini memiliki biji lebih besar dari jenis lainnya.

Manfaat

Dengan rasanya yang rata-rata manis segar dan mengandung banyak air, akhirnya jambu air menjadi salah satu buah yang sangat digemari masyarakat. Banyak orang memanfaatkan buah jambu air sebagai buah pelepas dahaga.

Syarat Tumbuh

Jambu air dan jambu semarang mampu tumbuh di hampir semua wilayah Indonesia. Bahkan, keduanya mampu menyesuaikan diri dengan segala jenis tanah asalkan tanahnya subur, gembur, dan banyak air. Kedalaman air tanah yang masih bisa ditolerir hanya sampai 200 cm. Tanaman ini menyukai curah hujan rendah dengan musim hujan tidak lebih dari delapan bulan. Untuk jambu air, ketinggian tempat yang dikehendaki agar bisa tumbuh baik ialah dataran rendah dan dataran tinggi sampai 1.000 m di atas permukaan laut, sedangkan jambu semarang hanya sampai 500 m di atas permukaan laut.

Pedoman Budidaya

Perbanyakan dengan benih umum dilakukan. Biji kadang-kadang abortif, dan beberapa kultivar jambu cenderung tidak berbiji. Perbanyakan dengan klon melalui pencangkokan, penyetekan, atau penempelan tidak sukar dilakukan. Pencangkokan pada umumnya dilaksanakan di Asia Tenggara. Metode Forkert termodifikasi dianjurkan untuk penempelan. Semai Syzygium yang sama atau berlainan jenisnya dapat digunakan sebagai batang bawah. Di Jawa, jambu ‘klampok’ atau ‘kopo’ (S. pycnanthum Merr. & Perry, syn. Eugenia densiflora (Blume) Duthie) dianjurkan sebagai batang bawah karena bandel dan tidak diserang oleh rayap. Jarak tanamnya berkisar antara 8-10 m untuk jambu air

Pemeliharaan

Pohon jambu ini hanya memperoleh sedikit perhatian setelah tahun pertarna atau kedua, yang pada saat itu pemupukan, penyiangan, pemberian mulsa, dan pengairan dapat meningkatkan volume pohon dengan cepat. Pohon yang sedang berbuah tampaknya sangat responsif terhadap pupuk majemuk yang diberikan seusai panen dan ditambah dengan suatu pupuk daun segera setelah pembungaan terbentuk.

Hama dan Penyakit

Tidak ada rekomendasi yang khusus untuk proteksi tanaman, tetapi terjadinya hama dan penyakit tentu saja memerlukan suatu penelitian , mengenai organisme penyebab dan pemberantasannya.

Panen dan Pasca Panen

Buah jambu-jambu ini berkulit tipis dan Iembut; buah itu harus dipetik dengan tangan dua kali seminggu, dan hendaknya ditangani dengan hatihati. Buah sebaiknya segera dikonsumsi atau diawetkan selama beberapa hari seusai panen.
Share:

Budidaya Jambu Apel


Jambu apel yang buahnya mirip apel sangat mudah dibedakan dari jenis jambu air lainnya. Buahnya selalu memiliki bekas kelopak berwarna merah yang sangat kontras dengan warna buah yang putih violet. Bila diperhatikan, sebenarnya jambu ini mengalami tiga kali perubahan warna, yaitu hijau saat muda, putih bila tua, clan putih violet bila matang. Daging buahnya bertekstur keras dan rasanya manis. Ukuran buahnya termasuk sedang. Setiap kg-nya berisi 15 buah. Buahnya ada yang berbiji dan ada yang tidak.

Manfaat

Dengan rasanya yang rata-rata manis segar dan mengandung banyak air, akhirnya jambu air menjadi salah satu buah yang sangat digemari masyarakat. Banyak orang memanfaatkan buah jambu air sebagai buah pelepas dahaga.

Syarat Tumbuh

Jambu air dan jambu semarang mampu tumbuh di hampir semua wilayah Indonesia. Bahkan, keduanya mampu menyesuaikan diri dengan segala jenis tanah asalkan tanahnya subur, gembur, dan banyak air. Kedalaman air tanah yang masih bisa ditolerir hanya sampai 200 cm. Tanaman ini menyukai curah hujan rendah dengan musim hujan tidak lebih dari delapan bulan. Untuk jambu air, ketinggian tempat yang dikehendaki agar bisa tumbuh baik ialah dataran rendah dan dataran tinggi sampai 1.000 m di atas permukaan laut, sedangkan jambu semarang hanya sampai 500 m di atas permukaan laut.

Pedoman Budidaya

Perbanyakan dengan benih umum dilakukan. Biji kadang-kadang abortif, dan beberapa kultivar jambu cenderung tidak berbiji. Perbanyakan dengan klon melalui pencangkokan, penyetekan, atau penempelan tidak sukar dilakukan. Pencangkokan pada umumnya dilaksanakan di Asia Tenggara. Metode Forkert termodifikasi dianjurkan untuk penempelan. Semai Syzygium yang sama atau berlainan jenisnya dapat digunakan sebagai batang bawah. Di Jawa, jambu ‘klampok’ atau ‘kopo’ (S. pycnanthum Merr. & Perry, syn. Eugenia densiflora (Blume) Duthie) dianjurkan sebagai batang bawah karena bandel dan tidak diserang oleh rayap. Jarak tanamnya berkisar antara 8-10 m.

Pemeliharaan

Pohon jambu ini hanya memperoleh sedikit perhatian setelah tahun pertarna atau kedua, yang pada saat itu pemupukan, penyiangan, pemberian mulsa, dan pengairan dapat meningkatkan volume pohon dengan cepat. Pohon yang sedang berbuah tampaknya sangat responsif terhadap pupuk majemuk yang diberikan seusai panen dan ditambah dengan suatu pupuk daun segera setelah pembungaan terbentuk.

Hama dan Penyakit

Tidak ada rekomendasi yang khusus untuk proteksi tanaman, tetapi terjadinya hama dan penyakit tentu saja memerlukan suatu penelitian , mengenai organisme penyebab dan pemberantasannya.

Panen dan Pasca Panen

Buah jambu-jambu ini berkulit tipis dan Iembut; buah itu harus dipetik dengan tangan dua kali seminggu, dan hendaknya ditangani dengan hatihati. Buah sebaiknya segera dikonsumsi atau diawetkan selama beberapa hari seusai panen.
Share:

Pengikut