Senin, 18 Oktober 2021

Panduan Lengkap Budidaya Cabai

Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah  di  Indonesia  yang  mempunyai  kandungan  unsur  hara  yang  baik sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. 

Salah satu produk hortikultura  yang  menjadi  unggulan  dalam  sektor pertanian  di  Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. 

Sayuran dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun  diolah   terlebih  dahulu   sesuai   dengan  kebutuhan   yang   akan digunakan. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabai, sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar.


Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan  bentuk buahnya.  Diperkirakan terdapat 20 spesies  yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika.

Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia.

Harga cabai  yang tinggi memberikan keuntungan  yang tinggi pula bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dari budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. Cabai pun kini mnejadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Namun, banyak kendala yang dihadapi petani dalam berbudidaya cabai. Salah satunya adalah hama dan penyakit seperti kutu kebul, antraknosa, dan busuk buah yang menyebabkan gagal panen. Selain itu, produktivitas buah yang   rendah dan waktu panen yang lama tentunya akan memperkecil rasio keuntungan petani cabai.

Secara umum cabai  memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu.

Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya. Penanaman dan  pemeliharaan  cabai  yang intensif  dan  dilanjutkan  dengan penggunaan teknologi pasca panen akan membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi dalam usaha tani cabai yang berwawasan agribisnis dan agroindustri.

Salah satu sifat tanaman cabai yang disukai oleh petani adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat  ditanam  kapan  pun  tanpa tergantung  musim.  Cabai juga  mampu tumbuh   di   rendengan   maupun   labuhan,   itulah  sebabnya   cabai   dapat ditemukan  kapan  pun  di  pasar  atau  di swalayan.  

Penanaman  cabai  pada musim hujan mengandung resiko. Penyebabnya adalah tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus menerus. Selain itu, genangan air pada daerah penanaman bisa mengakibatkan kerontokan daun dan terserang penyakit akar. Pukulan air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran. Sementara itu, kelembapan udara yang tinggi meningkatkan penyebaran dan perkembangan hama serta penyakit tanaman.

Dengan berkembangnya ilmu bioteknologi di bidang pemuliaan tanaman, para breeder berusaha merekayasa gen cabai biasa menjadi cabai unggul. Pada dasarnya, tujuan umum pemuliaan cabai adalah mendapatkan kultivar yang lebih baik dari kultivar yang sudah ada. Tipe cabai unggul yang diinginkan adalah memiliki karakter masa pembungaan dan pembentukan buahnya   cepat   (umur   panen   genjah),   produktivitasnya   tinggi,   daya adaptasinya luas atau spesifik untuk daerah marginal tertentu (kering rawa, pantai, gambut/asam), serta tahan terhadap hama penyakit.

Tidak hanya untuk memenuhi hasil secara kuantitas, perakitan cabai unggul juga ditekankan pada kualitas hasil sesuai preferensi konsumen. Para konsumen menginginkan karakter cabai antara lain tingkat kepedasan sesuai kebutuhan, penampilan buah yang baik, mulus, dan warna yang terang, serta bebas dari penyakit seperti antraknosa. Untuk industri pangan, seperti saus dan pasta, sifat- sifat cabai yang diinginkan adalah mempunyai tingkat kepedasan tinggi, warna merah terang, dan buahnya harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan industri (kontinuitas terjaga).

Salah satu tujuan pengembangan cabai adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman cabai. Peningkatan produktivitas tanaman cabai dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat dan efisiensi  penggunaan  lahan.  Artinya,  diharapkan  di  lahan  yang  semakin sempit sekalipun tanaman cabai dapat berproduksi tinggi. Dengan demikian, para petani yang memiliki lahan sempit (100-200 m2) dapat menanam cabai dan memetik hasil yang tinggi. Begitu pula dengan orang- orang yang ingin memanfaatkan halaman rumahnya untuk berbisnis cabaiTanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. 

Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. 

Lihat Juga Video Prospek Cerah Budidaya Cabai Merah di bawah ini :



Selain itu, juga mengandung mineral,  seperti  zat  besi,  kalium,  kalsium,  fosfor,  dan  niasin.  Zat  aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar   sekresi   asam  lambung   dan   mencegah   infeksi   sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal.

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai termasuk kedalam :

Divisi        : Spermatophyta
Sub divisi  : Angiospermae
Kelas        : Dicotyledoneae
Ordo         : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L

Cabai atau lombok  termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah- rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai  untuk  kebutuhan  sehari-hari  tanpa  harus  membelinya  di  pasar.

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Akar
Cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35   cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.    

Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon  yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat.

Batang
Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya  cabang beraturan secara berkesinambungan.  

Batang cabai memiliki  Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi,   batang   muda   berambut   halus   berwarna   hijau.  

Tanaman cabai berbatang tegak  yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.

Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong, atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. 

Daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing   atau  diistilahkan   dengan   oblongus   acutus,   tulang   daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. 

Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5  cm), letak  tersebar. Helaian  daun  bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.

Bunga
Bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga.

Bunga  cabai  merupakan  bunga tunggal,  berbentuk  bintang,  berwarna  putih,  keluar  dari  ketiak  daun dan posisi bunga cabai menggantung. 

Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1- 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.

Buah dan Biji
Buah   cabai   berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya,  menggantung,  permukaan licin mengkilap, diameter 1-2  cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk  pipih,  berdiameter sekitar  4  mm.  Rasa buahnya  yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.

Jenis-Jenis Tanaman Cabai
Cabai   (Capsicum   Annum   var   longum)   merupakan   salah   satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. 

Selain itu, juga  mengandung  mineral,  seperti  zat  besi,  kalium,  kalsium,  fosfor,  dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.

Jenis-jenis tanaman cabai antara lain:

1. Cabai Besar (Capsicum annum L)
Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas. 

Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain:
- Bentuk buah besar, panjang dan meruncing
- Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna merah
- Kulit buah agak tipis
- Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas

2. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengan diameter  0,4-0,7  cm.  Cita  rasa  cabai  rawit  biasanya  sangat  pedas, walaupun ada yang tidak pedas. Variasi warna cabai rawit dari kuning, oranye, dan merah. Tanaman cabai rawit berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Varietas cabai rawit juga dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.

3. Cabai Hibrida
Buah cabai hibrida dapat dikelompokkan kedalam kelompok cabai besar. Cabai ini diperoleh dari persilangan benih-benih bibit yang diseleksi dengan metode pemuliaan yang modern. Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan produksi, keseragaman tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit. 

Cabai hibrida yang cukup dikenal tetapi tidak banyak dibudidayakan karena tidak tahan di lahan terbuka adalah paprika yang umum disebut sweet papper (cabai manis) dengan bentuk yang agak memendek dan mengembung.

4. Cabai Hias (Capsicum spp)
Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman cabai hias ini berbentuk buah menarik. Walaupun menarik, tetapi tidak dikonsumsi oleh manusia.

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah sebagai berikut : 

1. Iklim

Suhu  berpengaruh  pada  pertumbuhan  tanaman,  demikian  juga terhadap tanaman cabai. Suhu  yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-280  C. Pada suhu tertentu seperti 150  C dan lebih dari 320  C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. 

Tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:

a.  Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.

b. Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.

c. Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun  suhu  yang  cocok  untuk  pertumbuhannya  adalah  siang  hari
210C-280C, malam hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.

d. Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal

Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah  yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat.

Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan     organik) sangat disukai. Tanaman cabai dapat tum buh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang.

Teknik Budi Daya Tanaman Cabai
1. Pengadaan Benih
Pengadaan  benih  dapat  dilakukan  dengan  cara  membuat  sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara menbeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik.

Keberhasilan   produksi   cabai   merah   sangat   dipengaruhi   oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh tingginya produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih baik membeli dari distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurnian    dandaya kecambahnya.

2. Pengolahan Tanah
Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah,  gas-gas  yang  meracuni  akar  tanaman  dapat  teroksidasi,  dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya.

Untuk   tanaman   sayuran   dibutuhkan   tanah   yang   mempunyai syarat-syarat di bawah ini :
a. Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b. Di dalam tanah tidak boleh banyak batu.
c. Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh  mudah menjadi padat.
d. Dalam musim hujan, air harus mudah meresap  ke dalam tanah.  Ini berarti pembuangan air harus cukup baik.

Tujuan  pembuatan  bedengan  dalam  budi  daya  tanaman sayuran adalah :
a. Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan.
b. Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah.
c. Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan.
d. Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat.

3. Penanaman
a. Pada   penanaman   yang   benihnya   langsung   disebarkan   di   tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah :
b. Supaya   keadaan   tanah   tetap   lembab   dan   untuk   mempercepat berkecambahnya  benih,  sehari  sebelum  tanam,  tanah  harus  diairi terlebih dahulu.
c. Tanah  diaduk  (dihaluskan),  rumput-rumput  dihilangkan,  kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata.
d. Setelah  disebarkan,  benih  tersebut  ditutup  dengan tanah,  pasir,  atau pupuk kandang yang halus. 
e. Kemudian   disiram   sampai   merata,  dan   waktu   yang  baik   dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari.

Penanaman cabai dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a.  Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50-60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar barisan 60-70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan tanaman lain.

b. Lubang  dibuat  dengan  kedalaman  8-10  cm,  dilakukan  dengan  cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar sedikit daripada lubang tanam.

c.  Polibag  dibuka  kemudian  media  bersama  tanaman  yang  tumbuh disemai, dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak pecah,  kedalaman  pembuatan  bibit  sebatas  leher  akar  media  semai, tidak terlalu dalam terkubur.

Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 15–17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan  fungisida  dan  insektisida  1–3  hari  sebelum  dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam.  Penanaman  sebaiknya  dilakukan  pada  sore  hari  atau  pada  saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan  media  tidak  pecah  dan  langsung  dimasukkan  pada  lubang tanam.

4. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman  cabai  yang  telah  ditanam harus selalu dipelihara dengan teknik sebagai berikut:
a.  Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan minggu kedua setelah tanam. 

b. Semua  jenis  tumbuhan  pengganggu  (gulma)  disingkirkan  dari  lahan bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).

c.  Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat dilakukan sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang, 25-30 HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.

d. Pemupukan  diberikan  10-14  hari  sekali.  Pupuk  daun  yang  sesuai misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral red pada umur 35 HST.

e.  Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada umur 90-115 HST.

f.  Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering.
Penyiraman  dengan  kocoran  diterapakn  jika  tanaman  sudah  kuat. Sistem terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat meresap ke perakaran.

g. Penyemprotan  tanaman  cabai  sebaiknya  dikerjakan  dalam  satu  hari yakni pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.

h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm  dibatas  terluar  tajuk  tanaman.  Ajir  dipasang  pada  saat  tanaman mulai berdaun atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang tegak atau miring.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang  fatal.  Kehilangan  hasil  produksi  cabai  karena  serangan  penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan  penyakit  pada  tanaman  cabai  dianjurkan  penerapan  pengendalian secara terpadu. 

Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
a.  Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun  cabai.  

Serangan  ini  menyebabkan  daun-daun  berlubang  secara tidak beraturan sehingga proses fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang  memakan  daun  cabai  hingga  menyisakan  tulang  daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.

b. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama  ini  menyerang  tanaman  cabai  dengan  cara  menghisap  cairan daun,  pucuk,  tangkai  bunga,  dan  bagian tanaman lainnya.  Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.

c.  Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang merusak buah cabai.

d. Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan.  Serangan  yang berat  dapat  mengakibatkan  matinya daun (kering). Trips  ini  kadang-kadang berperan  sebagai  penular (vektor) penyakit virus.

Selain  hama,  musuh  tanaman  cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun bakteri. Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:

a.  Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Cendawan  ini  merusak  daun  dan  menyebabkan  timbul  bercak  bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida tembaga misal vitagram blue 5-10 gram/liter.

b. Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan busuk batang dengan  warna   cokelat   hitam.   Dikendalikan   dengan   manual   atau fungisida sanitasi lingkungan.

c.  Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, cabai yang terkena dibuang/ dimusnahkan, pemberian fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi 1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.

d. Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
Bakteri ini hidup didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan  bedengan  selalu  kering  atau  pencelupan  bibit  ke larutan bakterisida misal Agrymicin 1,2 gram/liter.

e.  Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht) Cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan, pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.

f.  Rebah  Semai  (Phytium  debarianum  Hesse  dan  Rhizoctonia  soloni
Kuhu)
Menyebabkan bibit tidak berkecambah dan  rebah lalu mati. Dikendalikan dengan pembenaman bibit dengan furadan. Media semai diberikan Basamid G, lalu disemprot fungisida (Vitagram Blue 0,5-1,0 gram/liter diselingi Previcur N 1,0-1,5 ml/liter). 

Panen dan Pasca Panen
Pemanenan tanaman cabai adalah  pada saat tanaman cabai berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabai siap dilakukan pemanenan   pertama.   Umur   panen   cabai   tergantung   varietas   yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.

Pemanenan   dilakukan   dengan   cara   memetik   buah   beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

Penanganan pasca panen tanaman cabai adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai yang sehat dan yang  rusak, selanjutnya  dikumpulkan di  tempat  yang sejuk  atau teduh sehingga cabai tetap segar .Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar  eksport.

Setelah buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabai dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan  memberikan  ventilasi.  Cabai  siap  didistribusikan  ke  konsumen yang membutuhkan cabai segar.

Dengan penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabai yang saat ini banyak dibutuhkan. Mereka dapat menanam cabai di dalam pot dan memanen hasil yang tinggi pula.
Share:

Panduan Lengkap Budidaya Bayam

Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.


Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.

Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.). 

Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).

Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat. 

Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentri. 

Daun dan bunga bayam duri berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat-obatan. 

Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.

Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5-10 kg, atau 0,5-1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). 

Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1-2 kg benih.

Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris-baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.

Dalam pemeliharaan benih/bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama/penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.

Lihat juga video Khasiat Mengejutkan Tanaman Bayam di bawah ini :


Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7-14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7-14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.

Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai yaitu antara 6-7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. 

Lahan yang akan ditanami dicangkul/dibajak sedalam 30-40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang benar.

Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. 

Dibuat parit antar bedengan selebar 20-30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40 - 50 cm.

Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian/ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. 

Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730-4.493 kg/hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton/hektar. Cara pemberiannya, bahan-bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.

Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. W aktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1-2 kg per lubang tanam.

Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.

Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30.000-60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak-petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.

Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60-80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40-50 cm.

Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga cukup basah. W aktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena benih 
diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam. 

Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah penanaman di lapangan ada yang mati/terserang penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya dengan mencabut 
dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam.

Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30-65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.

Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas- tunas liar dan pemasangan ajir/turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15-30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu ditambah dan dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. 

Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg/ha atau ZA 500 kg/ha) cara dilarutkan dalam air ± 25 gram/10 liter air, TSP 300 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg/ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen. 

Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam.

Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1-2 kali sehari, terutama di musim kemarau. W aktu yang paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata.

Jenis pestisida yang digunakan untuk tanaman bayam adalah Dithane M-45 dengan dosis 1,5-2 gram/liter air, Ambush 2 EC atau Lannate 2 EC dengan konsentrasi 2 gram per liter air. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang menguntungkan. 

Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga. W aktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.

Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.

Panen pertama dilakukan mulai umur 25-30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun- daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga. 

Perkiraan analisis budidaya tanaman bayam per musim tanam (2-3 bulan) pada lahan seluas 1 hektar dengan jarak tanaman 20 cm x 25 cm di daerah Jawa Barat tahun 2021 produksi rata-rata 1 kg adalah 10 tanaman atau produksi per hektarnya 16.000 kg.
Share:

Pengikut