Senin, 18 Oktober 2021

Panduan Lengkap Budidaya Cabai

Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah  di  Indonesia  yang  mempunyai  kandungan  unsur  hara  yang  baik sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. 

Salah satu produk hortikultura  yang  menjadi  unggulan  dalam  sektor pertanian  di  Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. 

Sayuran dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun  diolah   terlebih  dahulu   sesuai   dengan  kebutuhan   yang   akan digunakan. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabai, sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar.


Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan  bentuk buahnya.  Diperkirakan terdapat 20 spesies  yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika.

Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia.

Harga cabai  yang tinggi memberikan keuntungan  yang tinggi pula bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dari budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. Cabai pun kini mnejadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Namun, banyak kendala yang dihadapi petani dalam berbudidaya cabai. Salah satunya adalah hama dan penyakit seperti kutu kebul, antraknosa, dan busuk buah yang menyebabkan gagal panen. Selain itu, produktivitas buah yang   rendah dan waktu panen yang lama tentunya akan memperkecil rasio keuntungan petani cabai.

Secara umum cabai  memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu.

Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya. Penanaman dan  pemeliharaan  cabai  yang intensif  dan  dilanjutkan  dengan penggunaan teknologi pasca panen akan membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi dalam usaha tani cabai yang berwawasan agribisnis dan agroindustri.

Salah satu sifat tanaman cabai yang disukai oleh petani adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat  ditanam  kapan  pun  tanpa tergantung  musim.  Cabai juga  mampu tumbuh   di   rendengan   maupun   labuhan,   itulah  sebabnya   cabai   dapat ditemukan  kapan  pun  di  pasar  atau  di swalayan.  

Penanaman  cabai  pada musim hujan mengandung resiko. Penyebabnya adalah tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus menerus. Selain itu, genangan air pada daerah penanaman bisa mengakibatkan kerontokan daun dan terserang penyakit akar. Pukulan air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran. Sementara itu, kelembapan udara yang tinggi meningkatkan penyebaran dan perkembangan hama serta penyakit tanaman.

Dengan berkembangnya ilmu bioteknologi di bidang pemuliaan tanaman, para breeder berusaha merekayasa gen cabai biasa menjadi cabai unggul. Pada dasarnya, tujuan umum pemuliaan cabai adalah mendapatkan kultivar yang lebih baik dari kultivar yang sudah ada. Tipe cabai unggul yang diinginkan adalah memiliki karakter masa pembungaan dan pembentukan buahnya   cepat   (umur   panen   genjah),   produktivitasnya   tinggi,   daya adaptasinya luas atau spesifik untuk daerah marginal tertentu (kering rawa, pantai, gambut/asam), serta tahan terhadap hama penyakit.

Tidak hanya untuk memenuhi hasil secara kuantitas, perakitan cabai unggul juga ditekankan pada kualitas hasil sesuai preferensi konsumen. Para konsumen menginginkan karakter cabai antara lain tingkat kepedasan sesuai kebutuhan, penampilan buah yang baik, mulus, dan warna yang terang, serta bebas dari penyakit seperti antraknosa. Untuk industri pangan, seperti saus dan pasta, sifat- sifat cabai yang diinginkan adalah mempunyai tingkat kepedasan tinggi, warna merah terang, dan buahnya harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan industri (kontinuitas terjaga).

Salah satu tujuan pengembangan cabai adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman cabai. Peningkatan produktivitas tanaman cabai dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat dan efisiensi  penggunaan  lahan.  Artinya,  diharapkan  di  lahan  yang  semakin sempit sekalipun tanaman cabai dapat berproduksi tinggi. Dengan demikian, para petani yang memiliki lahan sempit (100-200 m2) dapat menanam cabai dan memetik hasil yang tinggi. Begitu pula dengan orang- orang yang ingin memanfaatkan halaman rumahnya untuk berbisnis cabaiTanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. 

Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. 

Lihat Juga Video Prospek Cerah Budidaya Cabai Merah di bawah ini :



Selain itu, juga mengandung mineral,  seperti  zat  besi,  kalium,  kalsium,  fosfor,  dan  niasin.  Zat  aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar   sekresi   asam  lambung   dan   mencegah   infeksi   sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal.

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai termasuk kedalam :

Divisi        : Spermatophyta
Sub divisi  : Angiospermae
Kelas        : Dicotyledoneae
Ordo         : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L

Cabai atau lombok  termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah- rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai  untuk  kebutuhan  sehari-hari  tanpa  harus  membelinya  di  pasar.

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Akar
Cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35   cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.    

Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon  yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat.

Batang
Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya  cabang beraturan secara berkesinambungan.  

Batang cabai memiliki  Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi,   batang   muda   berambut   halus   berwarna   hijau.  

Tanaman cabai berbatang tegak  yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.

Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong, atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. 

Daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing   atau  diistilahkan   dengan   oblongus   acutus,   tulang   daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. 

Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5  cm), letak  tersebar. Helaian  daun  bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.

Bunga
Bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga.

Bunga  cabai  merupakan  bunga tunggal,  berbentuk  bintang,  berwarna  putih,  keluar  dari  ketiak  daun dan posisi bunga cabai menggantung. 

Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1- 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.

Buah dan Biji
Buah   cabai   berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya,  menggantung,  permukaan licin mengkilap, diameter 1-2  cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk  pipih,  berdiameter sekitar  4  mm.  Rasa buahnya  yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.

Jenis-Jenis Tanaman Cabai
Cabai   (Capsicum   Annum   var   longum)   merupakan   salah   satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. 

Selain itu, juga  mengandung  mineral,  seperti  zat  besi,  kalium,  kalsium,  fosfor,  dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.

Jenis-jenis tanaman cabai antara lain:

1. Cabai Besar (Capsicum annum L)
Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas. 

Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain:
- Bentuk buah besar, panjang dan meruncing
- Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna merah
- Kulit buah agak tipis
- Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas

2. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengan diameter  0,4-0,7  cm.  Cita  rasa  cabai  rawit  biasanya  sangat  pedas, walaupun ada yang tidak pedas. Variasi warna cabai rawit dari kuning, oranye, dan merah. Tanaman cabai rawit berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Varietas cabai rawit juga dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.

3. Cabai Hibrida
Buah cabai hibrida dapat dikelompokkan kedalam kelompok cabai besar. Cabai ini diperoleh dari persilangan benih-benih bibit yang diseleksi dengan metode pemuliaan yang modern. Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan produksi, keseragaman tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit. 

Cabai hibrida yang cukup dikenal tetapi tidak banyak dibudidayakan karena tidak tahan di lahan terbuka adalah paprika yang umum disebut sweet papper (cabai manis) dengan bentuk yang agak memendek dan mengembung.

4. Cabai Hias (Capsicum spp)
Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman cabai hias ini berbentuk buah menarik. Walaupun menarik, tetapi tidak dikonsumsi oleh manusia.

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah sebagai berikut : 

1. Iklim

Suhu  berpengaruh  pada  pertumbuhan  tanaman,  demikian  juga terhadap tanaman cabai. Suhu  yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-280  C. Pada suhu tertentu seperti 150  C dan lebih dari 320  C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. 

Tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:

a.  Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.

b. Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.

c. Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun  suhu  yang  cocok  untuk  pertumbuhannya  adalah  siang  hari
210C-280C, malam hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.

d. Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal

Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah  yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat.

Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan     organik) sangat disukai. Tanaman cabai dapat tum buh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang.

Teknik Budi Daya Tanaman Cabai
1. Pengadaan Benih
Pengadaan  benih  dapat  dilakukan  dengan  cara  membuat  sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara menbeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik.

Keberhasilan   produksi   cabai   merah   sangat   dipengaruhi   oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh tingginya produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih baik membeli dari distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurnian    dandaya kecambahnya.

2. Pengolahan Tanah
Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah,  gas-gas  yang  meracuni  akar  tanaman  dapat  teroksidasi,  dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya.

Untuk   tanaman   sayuran   dibutuhkan   tanah   yang   mempunyai syarat-syarat di bawah ini :
a. Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b. Di dalam tanah tidak boleh banyak batu.
c. Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh  mudah menjadi padat.
d. Dalam musim hujan, air harus mudah meresap  ke dalam tanah.  Ini berarti pembuangan air harus cukup baik.

Tujuan  pembuatan  bedengan  dalam  budi  daya  tanaman sayuran adalah :
a. Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan.
b. Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah.
c. Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan.
d. Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat.

3. Penanaman
a. Pada   penanaman   yang   benihnya   langsung   disebarkan   di   tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah :
b. Supaya   keadaan   tanah   tetap   lembab   dan   untuk   mempercepat berkecambahnya  benih,  sehari  sebelum  tanam,  tanah  harus  diairi terlebih dahulu.
c. Tanah  diaduk  (dihaluskan),  rumput-rumput  dihilangkan,  kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata.
d. Setelah  disebarkan,  benih  tersebut  ditutup  dengan tanah,  pasir,  atau pupuk kandang yang halus. 
e. Kemudian   disiram   sampai   merata,  dan   waktu   yang  baik   dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari.

Penanaman cabai dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a.  Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50-60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar barisan 60-70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan tanaman lain.

b. Lubang  dibuat  dengan  kedalaman  8-10  cm,  dilakukan  dengan  cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar sedikit daripada lubang tanam.

c.  Polibag  dibuka  kemudian  media  bersama  tanaman  yang  tumbuh disemai, dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak pecah,  kedalaman  pembuatan  bibit  sebatas  leher  akar  media  semai, tidak terlalu dalam terkubur.

Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 15–17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan  fungisida  dan  insektisida  1–3  hari  sebelum  dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam.  Penanaman  sebaiknya  dilakukan  pada  sore  hari  atau  pada  saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan  media  tidak  pecah  dan  langsung  dimasukkan  pada  lubang tanam.

4. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman  cabai  yang  telah  ditanam harus selalu dipelihara dengan teknik sebagai berikut:
a.  Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan minggu kedua setelah tanam. 

b. Semua  jenis  tumbuhan  pengganggu  (gulma)  disingkirkan  dari  lahan bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).

c.  Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat dilakukan sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang, 25-30 HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.

d. Pemupukan  diberikan  10-14  hari  sekali.  Pupuk  daun  yang  sesuai misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral red pada umur 35 HST.

e.  Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada umur 90-115 HST.

f.  Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering.
Penyiraman  dengan  kocoran  diterapakn  jika  tanaman  sudah  kuat. Sistem terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat meresap ke perakaran.

g. Penyemprotan  tanaman  cabai  sebaiknya  dikerjakan  dalam  satu  hari yakni pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.

h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm  dibatas  terluar  tajuk  tanaman.  Ajir  dipasang  pada  saat  tanaman mulai berdaun atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang tegak atau miring.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang  fatal.  Kehilangan  hasil  produksi  cabai  karena  serangan  penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan  penyakit  pada  tanaman  cabai  dianjurkan  penerapan  pengendalian secara terpadu. 

Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
a.  Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun  cabai.  

Serangan  ini  menyebabkan  daun-daun  berlubang  secara tidak beraturan sehingga proses fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang  memakan  daun  cabai  hingga  menyisakan  tulang  daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.

b. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama  ini  menyerang  tanaman  cabai  dengan  cara  menghisap  cairan daun,  pucuk,  tangkai  bunga,  dan  bagian tanaman lainnya.  Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.

c.  Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang merusak buah cabai.

d. Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan.  Serangan  yang berat  dapat  mengakibatkan  matinya daun (kering). Trips  ini  kadang-kadang berperan  sebagai  penular (vektor) penyakit virus.

Selain  hama,  musuh  tanaman  cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun bakteri. Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:

a.  Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Cendawan  ini  merusak  daun  dan  menyebabkan  timbul  bercak  bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida tembaga misal vitagram blue 5-10 gram/liter.

b. Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan busuk batang dengan  warna   cokelat   hitam.   Dikendalikan   dengan   manual   atau fungisida sanitasi lingkungan.

c.  Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, cabai yang terkena dibuang/ dimusnahkan, pemberian fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi 1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.

d. Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
Bakteri ini hidup didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan  bedengan  selalu  kering  atau  pencelupan  bibit  ke larutan bakterisida misal Agrymicin 1,2 gram/liter.

e.  Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht) Cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan, pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.

f.  Rebah  Semai  (Phytium  debarianum  Hesse  dan  Rhizoctonia  soloni
Kuhu)
Menyebabkan bibit tidak berkecambah dan  rebah lalu mati. Dikendalikan dengan pembenaman bibit dengan furadan. Media semai diberikan Basamid G, lalu disemprot fungisida (Vitagram Blue 0,5-1,0 gram/liter diselingi Previcur N 1,0-1,5 ml/liter). 

Panen dan Pasca Panen
Pemanenan tanaman cabai adalah  pada saat tanaman cabai berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabai siap dilakukan pemanenan   pertama.   Umur   panen   cabai   tergantung   varietas   yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.

Pemanenan   dilakukan   dengan   cara   memetik   buah   beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

Penanganan pasca panen tanaman cabai adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai yang sehat dan yang  rusak, selanjutnya  dikumpulkan di  tempat  yang sejuk  atau teduh sehingga cabai tetap segar .Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar  eksport.

Setelah buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabai dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan  memberikan  ventilasi.  Cabai  siap  didistribusikan  ke  konsumen yang membutuhkan cabai segar.

Dengan penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabai yang saat ini banyak dibutuhkan. Mereka dapat menanam cabai di dalam pot dan memanen hasil yang tinggi pula.
Share:

Panduan Lengkap Budidaya Bayam

Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.


Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.

Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.). 

Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).

Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat. 

Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentri. 

Daun dan bunga bayam duri berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat-obatan. 

Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.

Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5-10 kg, atau 0,5-1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). 

Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1-2 kg benih.

Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris-baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.

Dalam pemeliharaan benih/bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama/penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.

Lihat juga video Khasiat Mengejutkan Tanaman Bayam di bawah ini :


Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7-14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7-14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.

Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai yaitu antara 6-7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. 

Lahan yang akan ditanami dicangkul/dibajak sedalam 30-40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang benar.

Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. 

Dibuat parit antar bedengan selebar 20-30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40 - 50 cm.

Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian/ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. 

Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730-4.493 kg/hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton/hektar. Cara pemberiannya, bahan-bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.

Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. W aktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1-2 kg per lubang tanam.

Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.

Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30.000-60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak-petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.

Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60-80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40-50 cm.

Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga cukup basah. W aktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena benih 
diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam. 

Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah penanaman di lapangan ada yang mati/terserang penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya dengan mencabut 
dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam.

Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30-65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.

Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas- tunas liar dan pemasangan ajir/turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15-30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu ditambah dan dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. 

Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg/ha atau ZA 500 kg/ha) cara dilarutkan dalam air ± 25 gram/10 liter air, TSP 300 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg/ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen. 

Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam.

Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1-2 kali sehari, terutama di musim kemarau. W aktu yang paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata.

Jenis pestisida yang digunakan untuk tanaman bayam adalah Dithane M-45 dengan dosis 1,5-2 gram/liter air, Ambush 2 EC atau Lannate 2 EC dengan konsentrasi 2 gram per liter air. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang menguntungkan. 

Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga. W aktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.

Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.

Panen pertama dilakukan mulai umur 25-30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun- daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga. 

Perkiraan analisis budidaya tanaman bayam per musim tanam (2-3 bulan) pada lahan seluas 1 hektar dengan jarak tanaman 20 cm x 25 cm di daerah Jawa Barat tahun 2021 produksi rata-rata 1 kg adalah 10 tanaman atau produksi per hektarnya 16.000 kg.
Share:

Rabu, 28 April 2021

Mengenal Tanaman Hias Sansevieria dan Perawatannya

Tanaman Sansevieria atau biasa disebut tanaman Lidah Mertua merupakan tanaman hias yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang tumbuh memanjang ke atas dan yang berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset.

Kelompok yang tumbuh memanjang ke atas memiliki daun panjang dan meruncing di ujung mirip dengan mata pedang. Panjang daun kelompok ini 50 - 75 cm, sedangkan kelompok yang berdaun pendek, panjang daunnya 8 cm, lebar 3 - 6 cm.




Sansevieria memiliki daun yang tebal dan banyak mengandung air. Tanaman ini sangat tahan kekeringan, tetapi dalam kondisi lembab atau basah tanaman ini juga mampu tumbuh subur.


Sansevieria dipilih sebagai tanaman hias karena bentuk dan warna daunnya yang cantik. Warna daun banyak ragamnya, mulai dari yang hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak dan ada pula yang berwarna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Demikian pula alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun sangat beraneka, ada yang mengikuti arah serat daun, ada yang tidak beraturan, ada yang zig zag. Daun tersebut tumbuh langsung dari batang yang tebal di dalam tanah atau dari rizome (rimpang) akar yang menjalar di bawah tanah. Jika ujung daun yang runcing ini patah atau rusak, maka mengakibatkan pertumbuhan daun terhenti.


Sansevieria tumbuh baik jika mendapat cahaya yang bervariasi, mulai dari cahaya langsung atau cahaya matahari penuh hingga di tempat yang teduh sekalipun. Bila hanya mendapat cahaya buatan, minimal memerlukan cahaya yang berkekuatan 150 f.c.


Lihat juga video Cara Memperbanyak Tanaman Hias Sansevieria berikut ini :



Di tempat yang mendapatkan sinar matahari warna daunnya akan muncul penuh dan sangat jelas. Sedangkan di tempat yang teduh, biasanya warna daun menjadi agak memudar. 


Media tanam yang cocok untuk tanaman ini adalah media tanam yang terdiri atas campuran satu bagian tanah, satu bagian kompos atau pupuk kandang, dan satu bagian pasir. Kelembapan media yang dibutuhkan adalah sedang, maka drainase harus baik dan penyiraman dilakukan sekedar mempertahankan tanaman agar tidak layu.


Pemupukan tanaman dilakukan setiap 3 - 4 bulan sekali. Bagi tanaman yang baru saja dilakukan pengepotan kembali, pemupukan harus menunggu 4 - 6 bulan kemudian.


Pengepotan kembali untuk menggantikan media dari pot yang lebih besar tidak perlu tergesa-gesa. Pengepotan kembali dapat dilakukan 8 - 12 bulan sekali. Apabila tanah dalam pot mengeras, cukup digemburkan dengan menggunakan solet dari bambu. Apabila media tanam kelihatan berkurang, segera ditambahkan media tanam di permukaannya.


Perbanyakan tanaman ini bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memecah rimpang (rizome) yang sudah menumbuhkan anakan dan menggunakan stek atau potongan daun. Perbanyakan dengan potongan daun memerlukan waktu agak lama sekitar 1 - 2 bulan.


Pada beberapa jenis Sansevieria, anakan tumbuh dari batang yang terdapat di atas permukaan tanah. Bila menemukan hal semacam itu, tunggu saja sampai anakan itu mengeluarkan akar dan anakan tumbuh kuat. 

Share:

Rabu, 13 Januari 2021

Panduan Lengkap Budidaya Apel

Apel  merupakan  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  daerah  Asia  Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.





JENIS TANAMAN


Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:

1) Divisio          :   Spermatophyta

2) Subdivisio    :   Angiospermae

3) Klas           :   Dicotyledonae

4) Ordo             :   Rosales

5) Famili           :   Rosaceae

6) Genus          :   Malus

7) Spesies        :   Malus sylvestris Mill


Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. 


Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.


MANFAAT TANAMAN


Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.


SENTRA PENANAMAN


Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.


Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.


SYARAT TUMBUH


Iklim


1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat  berbunga  akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.

2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.

3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.

4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.


Media Tanam


1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik  tinggi,  dan  struktur tanahnya  remah  dan  gembur,  mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.

2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.

3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.

4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.

5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.


Ketinggian Tempat


Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.


PEDOMAN BUDIDAYA


Pembibitan


Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.


Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif   dilakukan   dengan   okulasi   atau   penempelan   (budding),   sambungan (grafting) dan stek.


1) Persyaratan Benih


Syarat  batang  bawah:  merupakan  apel  liar,  perakaran  luas  dan  kuat,  bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah  berasal  dari  batang  tanaman  apel  yang  sehat  dan  memilki  sifat-sifat unggul.


2) Penyiapan Benih


Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


a) Anakan / siwilan

1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.

2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.

3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.


b) Rundukan (layering)

1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:

-   Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak  panjang direbahkan

melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.


- Perundukan  tempelan  batang  bawah:  dilakukan  pada  waktu  tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.

2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.


c) Stek

Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan   Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang  1 cm dan perakaran cukup cukup kuat.

3) Teknik Pembiitan a) Penempelan

1. Pilih  batang bawah yang memenuhi syarat  yaitu telah  berumur  5  bulan, diameter batang 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.

2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah  terbukti keunggulannya.  Caranya  adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak

3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi  20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.

4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.

5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.

6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas  sedalam 2/3  bagian penampang. Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.


b) Penyambungan

1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).

2. Batang bawah dipotong pada ketinggian  20 cm dari leher akar.

3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang

2-5 cm.

4. Cabang entres dipotong sepanjang  15 cm ( 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.

5. Batang  atas  disisipkan  ke  belahan  batang  bawah,  sehingga  kambium keduanya bisa bertemu.

6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.

7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.


4) Pemeliharaan pembibitan


Pemeliharaan batang bawah meliputi

a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.

b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma. c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)

d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan  gejala  serangan.  


Fungisida  yang  digunakan  adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis. Bersama  dengan  ini  dapat  pula  diberikan  pupuk  daun,  ditambah  perekat Agristic.


5) Pemindahan Bibit


Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.


Pengolahan Media Tanam


1) Persiapan


Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan  tenaga  kerja,  bahan  paralatan  dan  biaya  yang diperlukan.


2) Pembukaan Lahan


Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal


3) Pembentukan Bedengan


Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.


4) Pengapuran


Pengapuran  bertujuan  untuk  menjaga  keseimbangan  pH  tanah.  Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.


5) Pemupukan


Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.


Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam


Tanaman   apel   dapat   ditanam   secara   monokultur   maupun   intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.


Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi  sangat  rimbun  yang  akan  menyebabkan kelembaban  tinggi,  sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.


Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3  x 2.5-3 m.


2. Pembuatan Lubang Tanam


Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang- kurangnya 20 kg.  Setelah itu tanah dibiarkan selama  2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.


3. Cara Penanaman


Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.


Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:

a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.

b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.

c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.

d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.


Pemeliharaan Tanaman


1) Penjarangan dan penyulaman


Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak 


menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.


2)     Penyiangan


Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu  tanaman. Pada  kebun  yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat ( 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena  tajuk  daun  menutupi  permukaan  tanah  sehingga  rumput-rumput  tidak dapat tumbuh.


3) Pembubunan


Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.


4) Perempalan/Pemangkasan


Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).


5) Pemupukan


a) Pada musim hujan/tanah sawah

1. Bersamaan rompes daun ( 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).

2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK  1 kg/pohon (1:2:1)


b) Musim kemarau/tanah tegal

1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).

2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK  3 kg/pohon (4:2:1).


Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam 20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.

Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen.

Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).

Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.


6) Pengairan dan Penyiraman


Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus  diatasi dengan cara  menyirami  tanaman  sekurang-kurangnya  2  minggu sekali dengan cara dikocor.


7) Penyemprotan Pestisida


Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.


Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.

8) Pemeliharaan Lain a) Perompesan

Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).


b) Pelengkungan cabang

Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.


c) Penjarangan buah

Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.


d) Pembelongsongan buah

Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan  burung  dan  kelelawar  dan menjaga warna buah mulus.


e) Perbaikan kualitas warna buah

Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.


HAMA DAN PENYAKIT


Hama


1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)


Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel- sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek.  Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai  telur-telurnya;  cara  penyemprotan  dari  atas  ke  bawah.  Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.


2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)


Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm.  Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.  Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.


3) Trips


Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning- kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik- bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.


4) Ulat daun (Spodoptera litura)


Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.  Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun.  Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).


5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)


Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum.  Gejala: menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda,  tunas  dan  buah  buah  dengan  cara  menhisap  cairan  sel;  daun  yang terserang  menjadi  coklat  dan  perkembanganya  tidak  simetris;  tunas  yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.


6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)


Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi  tubuh  terdapat  rambut  berwarna  ab-abu.  Panjang  larva  50  mm.   Gejala: menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun- daunnya dengan kerusakan  30%;  pada  siang  hari  larva  bersembunyi  di  balik daun.  Pengendalian:  (1)  secara  mekanis  dengan  membuang  telur-telur  yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.


7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)


Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada   buah.   Gejala:   bentuk   buah   menjadi   jelek,   terlihat   benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.


Penyakit


1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)


Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp.  Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.  Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.


2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)


Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.  Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan  dibakar;  (2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.


3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)


Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.


4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)


Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat.  Pengendalian: (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.


5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)


Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.


6) Busuk akar (Armilliaria Melea)


Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk.  


Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.


PANEN


Ciri dan Umur Panen


Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.


Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis  (ripening),  yaitu  tingkat  dimana  buah  mempunyai  kemampuan  untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.


Cara Panen


Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.


Periode Panen


Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.


Prakiraan Produksi


Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.


PASCAPANEN


Pengumpulan


Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju  respirasi berkurang  sehingga  didapatkan  apel  yang tinggi  kualitas  dan  kuantitasnya.  Pengumpulan  dilakukan  dengan  hati-hati  dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.


Penyortiran dan Penggolongan


Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat  menurunkan mutu produk.


Penggolongan   dilakukan   untuk   mengklasifikasikan   produk   berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.


Penyimpanan


Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling  2,2 derajat C.


Pengemasan dan Transportasi


Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Share:

Pengikut