Sabtu, 08 Agustus 2015

Prospek Budidaya Cabai Jamu

Cabai jawa, cabai jamu, lada panjang, atau cabai saja (Piper retrofractum Vahl. syn. P. longum) adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Dikenal pula sebagai cabai solak (Madura) dan cabia (Sulawesi). Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut).

Tumbuhan ini produknya telah dikenal oleh orang Romawi sejak lama dan sering dikacaukan dengan lada. Di Indonesia sendiri buah keringnya digunakan sebagai rempah pemedas. Sebelum kedatangan cabai (Capsicumspp.), tumbuhan inilah yang disebut "cabai". Cabai sendiri oleh orang Jawa dinamakan "lombok".

Cabai jamu dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 1.259-2.500 mm/tahun. Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah gembur dan berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabai jamu. Tanaman itu memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami
Bentuk tanamannya seperti sirih, merambat, memanjat, membelit, dan melata. Daunnya berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membulat, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir, bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah yang belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning, merah, serta lunak. Rasanya pedas dan tajam aromatis.

Buah cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa pedasnya berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen. Salah satu jamu populer yang mengandung cabai jamu adalah cabai puyang, yang dibuat dengan bahan utama cabai jamu dan lempuyang.

Cabai jawa berkhasiat juga sebagai insektisida nabati. Formulasi insektisida nabati campuran ekstrak cabai jawa atau P. retrofractum dan Annona squamosa efektif dalam upaya menekan persentase kehilangan hasil tomat dan juga seranganHelicoverpa armigera. Fraksi heksana cair, fraksi III VLC-EtOAc, dan ekstrak metanol langsung cabai jawa aktif sebagai racun perut terhadap larva Crocidolomia pavonana. Ekstrak Aglaia odorata dan P. retrofractum pada konsentrasi 0,5% dan 1% dapat mematikan rayap tanah hingga lebih dari 80% dan menunjukkan kamampuan penetrasi lapisan tanah oleh rayap sebesar 0%. Cabai jawa memiliki keaktifan juga dalam perlakuan benih. Perlakuan serbuk cabai jawa dan penjemuran terbukti efektif dalam menghambat perkembangan Callosobruchus maculatus serta tidak menurunkan daya kecambah benih kacang hijau. Perlakuan serbuk cabe jawa dan merica serta penjemuran selama satu minggu, yaitu dapat menghambat perkembangan hingga lebih dari 90%.

Selain bersifat insektisida, cabai jawa juga memiliki sifat fungisida. Piper retrofractum secara in vitro dan in vivo dapat menekan perkembangan cendawan terbawa benih padi dan kedelai. 
Cabe jamu disebut karena rasanya yang agak pedas seperti cabe dan dipercaya berfungsi sebagai jamu untuk kesehatan dan kebugaran bagi yang mengkonsumsinya padahal  tumbuhan ini tumbuh tidak seperti cabe tapi mirip tanaman merica, piper retrofractum vahl ini ialah kerabat lada dan digolongkan kedalam suku sirih atau sirih-sirihan (piperaceae). Cabe jamu tumbuh baik disemua iklim dan dataran, semakin tua umurnya semakin tinggi produktifitasnya. Berbeda dengan cabe rawit hanya bertahan 1 tahun sesudah itu akan layu dan mati. Pada umur 3 bulan atau lebih sudah bisa dilakukan panen perdana.

Syarat hidup : Ph tanah 5,5-7,5; Tekstur tanah gembur; Ketinggian 1-600 dpl; Curah hujan 1200-2500 mm pertahun; Kelembaban udara 40-80%.
Budidaya dan langkah-langkahnya.

Menanam dan pembiakan cabe jamu tidak serumit cabe keriting. Hanya perlu ketelatenan perawatan seperti menghilangkan rumput pengganggu (gulma).  Benih awal ditanam di polybag pada waktu umur 2 bulan sudah bisa dipindah kelahan terbuka.  Agar tumbuh maksimum ketepatan takaran pemberian pupuk yang diperlukan. Pemberian pupuk tahi atau kotoran sapi, kotoran hewan (kohe) harus di fermentasi selama 7-10 hari.  Stek, bagian tubuh pohon dijadikan benih (stek)  dari sulur berbentuk vertika.  Jarak tanam 90-150 cm. Pemupukan; Organik, pupuk kohe yang difermentasi, 5 kg perpohon sebanyak 2X, awal musim hujan dan akhir musim hujan.  An-organik, tsp, urea, npk, Sp-36, diberikan setelah tanaman berumur 3 bulan sesudah itu serentak bersamaan dengan pupuk organik. Masing-masing jenis bisa diberikan 50 gram per ohon hingga umur 1 tahun dan meningkat atau ditambah sebanyak 25 gram setiap tahunnya.  Pupuk tambahan diberikan dengan mengkonsultasikan dengan ahlinya.

Manfaat : Membersihkan rahim wanita sehabis melahirkan. Gangguan Afrodisiak kaum pria.  Bronchitis, ayan, menguatkan jantung dan paru-paru.  Penghangat tubuh. 

Pemasaran; Kebutuhan pasar seperti halnya tetumbuhan yang digunakan sebagai pencegah dan kebugaran tubuh manusia tidak bisa di prediksi tepat seperti halnya komoditas untuk konsumsi kuliner namun cabe jamu pada detik ini di level pengepul dan pedagang kesulitan membeli dalam jumlah besar. Harga fluktuatif mengikuti irama pasar. Harga ditingkat petani saat ini Rp.100 ribu per kg. Harga terendah paling sial turun di harga Rp.50 ribu per kg. Dibandingkan cabe rawit, cabe jawa atau cabe keriting jika sedang terjadi over produksi (booming) bisa terjun bebas di angka Rp.4.000 per kg nya.  Hasil dengan penanganan maksimum pada usia 2 tahun diperoleh panen 2,4 ons perbatang perbulan. Jika 5000 batang dalam 1 hektar anda akan mendapatkan hasil panen 12.000 ons perbulan atau 1200 kg.
Share:

Pengikut